Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Irfan S. Awwas mengatakan saat pemerintah Indonesia sibuk memberantas "teroris", Syiah memanfaatannya dengan berpura-pura anti-terorisme.
"Propagandis Syiah menyelusup dan menguasai basis strategis di pemerintahan; menjadi anggota legislatif, pejabat negara, persis seperti dilakukan kader-kader komunis," kata Irfan seperti dikutip Hidayatullah.com, Jum’at (25/10).
Irfan mengatakan, ekspansi ideologi transnasional Syiah yang dilakukan sejak tahun 80-an mulai menuai hasil di Indonesia. Para propagandis Syiah berani tampil terbuka, tidak lagi sembunyi di balik taktik taqiyah.
Saat ini, menurut Majelis Mujahidin, Syiah mengganti pendekatan kekerasan dengan diplomasi. Termasuk dengan mengundang tokoh masyarakat dan para pejabat negara untuk berkunjung ke Iran. Juga dengan mendirikan Iran Corner di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta.
Ia menambahkan, perayaan Idul Ghodir di Indonesia hari ini (26/10) merupakan misi ekspansi ideologi.
Sebelumnya, Majelis Mujahidin menyampaikan lima sikap terkait Idul Ghodir. Di antaranya, meminta pemerintah, dalam hal ini Kepolisian RI, mencabut izin acara bertema "Imam Ali as. Putra Ka'bah Pemersatu Umat" yang diselenggarakan di gedung SMESCO (SME) Convention Hall, Jalan Gatot Subroto Kav. 94, Jakarta Selatan itu. [AM/Hidayatullah/Bersamadakwah]
"Propagandis Syiah menyelusup dan menguasai basis strategis di pemerintahan; menjadi anggota legislatif, pejabat negara, persis seperti dilakukan kader-kader komunis," kata Irfan seperti dikutip Hidayatullah.com, Jum’at (25/10).
Irfan mengatakan, ekspansi ideologi transnasional Syiah yang dilakukan sejak tahun 80-an mulai menuai hasil di Indonesia. Para propagandis Syiah berani tampil terbuka, tidak lagi sembunyi di balik taktik taqiyah.
Saat ini, menurut Majelis Mujahidin, Syiah mengganti pendekatan kekerasan dengan diplomasi. Termasuk dengan mengundang tokoh masyarakat dan para pejabat negara untuk berkunjung ke Iran. Juga dengan mendirikan Iran Corner di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta.
Ia menambahkan, perayaan Idul Ghodir di Indonesia hari ini (26/10) merupakan misi ekspansi ideologi.
Sebelumnya, Majelis Mujahidin menyampaikan lima sikap terkait Idul Ghodir. Di antaranya, meminta pemerintah, dalam hal ini Kepolisian RI, mencabut izin acara bertema "Imam Ali as. Putra Ka'bah Pemersatu Umat" yang diselenggarakan di gedung SMESCO (SME) Convention Hall, Jalan Gatot Subroto Kav. 94, Jakarta Selatan itu. [AM/Hidayatullah/Bersamadakwah]
0 komentar:
Posting Komentar