Setelah menginginkan sesuatu, apapun, maka jadikan ia hidup dalam imajinasi kita. Tersenyumlah setiap kita mengingatnya, dan katakan dengan mantap kepada dirimu sendiri, "Insya Allah, bukan mimpi. Melainkan fakta yang menunggu momen keberhasilannya."
Setelah ia benar-benar hidup dalam imajinasi kita, berikutnya yakini. Yakini bahwa semua yang kita ingini akan menjadikan kenyataan. Yakini bahwa Allah akan mendukung kita dengan Maha KuasaNya. Yakini bahwa semesta dan orang-orang yang kita mencintai akan mendukung semua yang kita ingini. Jika mereka bertolak belakang? Sajikan data, ceritakan dengan cinta. Maka yakinlah, bahwa mereka akan mendukung ingin kita. Bahkan, jika kita tulus, maka orang yang awalnya menolak akan beralih menjadi pendukung pertama dalam mewujudkan ingin itu.
Yakin haruslah berwujud pada rencana. Detail. Gamblang. Imajinasikan bahwa apa yang diingini benar-benar ada. Pertama, tuliskan. Kedua, susun langkah. Ketiga, bawa ia dalam tiap pinta kepada Sang Maha.
Tulis semua ingin agar kita tidak lupa. Tulis agar banyak orang yang membaca dan mengamini. Tulis agar mudah mengukur berhasil atau tertundanya. Tulis! Untuk menyempurnakan. Tulis di tempat yang mudah dilihat, tulis dimana kita mau. Di komputer, buku catatan, blog, web pribadi, kamar, dan seterusnya.
Setelah ditulis, dimanapun, lanjutkan dengan langkah kedua, susun langkah. Buat sedetail mungkin. Kapan? Dimana? Bagaimana? dan seterusnya. Hal ini akan menjadi lebih mudah untuk melakukan evaluasi. Detailnya langkah merupakan tanda kesungguhan kita.
Jika misalnya kita menginginkan surga. Maka, kapan sudah pasti terjawab : setelah mati. Lantas, Bagaimana caranya? Sederhana. Meski susah : lakukan amalan penghuni surga. Lakukan amalan agar Allah berikan rahmatNya sebagai tiket masuk surga, jauhi penyebab-penyabab yang memasukkan kita ke dalam neraka. Saya ulangi : sederhana. Tapi, susah.
Jika ingin kita terkait duniawi, misalnya, maka sama langkahnya. Dulu, ketika kecil saya sudah punya mimpi : menulis dan dimuat di media. Ingin tersebut benar-benar hidup dalam imajinasi saya. Sampai akhirnya saya masuk SMP, masuk ke dalam tim mading ( majalah dinding ). Meski tidak juara, kami berhasil mengikuti lomba mading tingkat kabupaten. Mimpi itu terus hidup. Sampai sekarang. Dan ia menjadi semakin jelas. Mau nulis apa? Dikirim kemana? Kriterianya apa? Karakter medianya bagaimana? Meski lebih sering gagal, tapi saya selalu ingat dengan petuah salah satu guru saya : teruslah menulis. kelak, tulisanmu akan menemukan takdirnya masing-masing. Iya. Tepat sekali. Tulisan kita punya takdirnya. Apakah hanya menjadi koleksi diary? Dinikmati sahabat fesbuk kita? Dimuat media online? Cetak? Menjadi buku dan tidak laku? Atau menjadi buku dan best seller?.
Setelah semuanya jelas. Berikutnya, bawa proposalnya ke langit. Adukan kepada Yang Maha Mengabulkan. Ceritakan segalanya. Meski Dia Maha Tahu, Dia Mengetahui yang tersirat dan yang tersurat. Sampaikan saja. Dan yakini, bahwa Dia akan memberikan yang terbaik. Dia akan jadikan semua mimpi kita menjadi nyata.
Maka, tak jarang saya berdoa, "Ya Allah, saya ingin punya pesantren gratis untuk dhu'afa' di kampung saya. Bagaimanapun caranya, terserah Engkau. Ini proposalnya." Atau misalnya, "Ya Allah, kami butuh uang 100 juta untuk renovasi rumah. Bagaimanapun caranya, terserah Engkau. Kami sudah lakukan apa yang kami bisa."
Setelah doa itu terpanjatkan ke langit, iringi dengan dzikir. Menyebut, memuji, mengagungkan nama-nama Allah. Dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun.
Yang penting dicatat, semua dzikir bermanfaat. Asal sesuai ajarang Kanjeng Nabi. Dan sebaik-baik dzikir adalah membaca al-Qur'an. Jangan lupa manfaatkan waktu-waktu mustajab ketika berdoa. Di kala fajar, setelah subuh, dhuha, setiap selesai sholat, seusai tilawah al-Qur'an, di sepertiga malam. Dan seterusnya. [Bersambung]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com, Owner Toko Buku Bahagia
Setelah ia benar-benar hidup dalam imajinasi kita, berikutnya yakini. Yakini bahwa semua yang kita ingini akan menjadikan kenyataan. Yakini bahwa Allah akan mendukung kita dengan Maha KuasaNya. Yakini bahwa semesta dan orang-orang yang kita mencintai akan mendukung semua yang kita ingini. Jika mereka bertolak belakang? Sajikan data, ceritakan dengan cinta. Maka yakinlah, bahwa mereka akan mendukung ingin kita. Bahkan, jika kita tulus, maka orang yang awalnya menolak akan beralih menjadi pendukung pertama dalam mewujudkan ingin itu.
Yakin haruslah berwujud pada rencana. Detail. Gamblang. Imajinasikan bahwa apa yang diingini benar-benar ada. Pertama, tuliskan. Kedua, susun langkah. Ketiga, bawa ia dalam tiap pinta kepada Sang Maha.
Tulis semua ingin agar kita tidak lupa. Tulis agar banyak orang yang membaca dan mengamini. Tulis agar mudah mengukur berhasil atau tertundanya. Tulis! Untuk menyempurnakan. Tulis di tempat yang mudah dilihat, tulis dimana kita mau. Di komputer, buku catatan, blog, web pribadi, kamar, dan seterusnya.
Setelah ditulis, dimanapun, lanjutkan dengan langkah kedua, susun langkah. Buat sedetail mungkin. Kapan? Dimana? Bagaimana? dan seterusnya. Hal ini akan menjadi lebih mudah untuk melakukan evaluasi. Detailnya langkah merupakan tanda kesungguhan kita.
Jika misalnya kita menginginkan surga. Maka, kapan sudah pasti terjawab : setelah mati. Lantas, Bagaimana caranya? Sederhana. Meski susah : lakukan amalan penghuni surga. Lakukan amalan agar Allah berikan rahmatNya sebagai tiket masuk surga, jauhi penyebab-penyabab yang memasukkan kita ke dalam neraka. Saya ulangi : sederhana. Tapi, susah.
Jika ingin kita terkait duniawi, misalnya, maka sama langkahnya. Dulu, ketika kecil saya sudah punya mimpi : menulis dan dimuat di media. Ingin tersebut benar-benar hidup dalam imajinasi saya. Sampai akhirnya saya masuk SMP, masuk ke dalam tim mading ( majalah dinding ). Meski tidak juara, kami berhasil mengikuti lomba mading tingkat kabupaten. Mimpi itu terus hidup. Sampai sekarang. Dan ia menjadi semakin jelas. Mau nulis apa? Dikirim kemana? Kriterianya apa? Karakter medianya bagaimana? Meski lebih sering gagal, tapi saya selalu ingat dengan petuah salah satu guru saya : teruslah menulis. kelak, tulisanmu akan menemukan takdirnya masing-masing. Iya. Tepat sekali. Tulisan kita punya takdirnya. Apakah hanya menjadi koleksi diary? Dinikmati sahabat fesbuk kita? Dimuat media online? Cetak? Menjadi buku dan tidak laku? Atau menjadi buku dan best seller?.
Setelah semuanya jelas. Berikutnya, bawa proposalnya ke langit. Adukan kepada Yang Maha Mengabulkan. Ceritakan segalanya. Meski Dia Maha Tahu, Dia Mengetahui yang tersirat dan yang tersurat. Sampaikan saja. Dan yakini, bahwa Dia akan memberikan yang terbaik. Dia akan jadikan semua mimpi kita menjadi nyata.
Maka, tak jarang saya berdoa, "Ya Allah, saya ingin punya pesantren gratis untuk dhu'afa' di kampung saya. Bagaimanapun caranya, terserah Engkau. Ini proposalnya." Atau misalnya, "Ya Allah, kami butuh uang 100 juta untuk renovasi rumah. Bagaimanapun caranya, terserah Engkau. Kami sudah lakukan apa yang kami bisa."
Setelah doa itu terpanjatkan ke langit, iringi dengan dzikir. Menyebut, memuji, mengagungkan nama-nama Allah. Dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun.
Yang penting dicatat, semua dzikir bermanfaat. Asal sesuai ajarang Kanjeng Nabi. Dan sebaik-baik dzikir adalah membaca al-Qur'an. Jangan lupa manfaatkan waktu-waktu mustajab ketika berdoa. Di kala fajar, setelah subuh, dhuha, setiap selesai sholat, seusai tilawah al-Qur'an, di sepertiga malam. Dan seterusnya. [Bersambung]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com, Owner Toko Buku Bahagia
0 komentar:
Posting Komentar