Ah... ternyata benar. Sebagian kalian langsung menghakimiku. Tetapi tidak apa-apa. Aku berterima kasih kepada bersamadakwah yang berani menerbitkan tulisan itu dan kepada kalian yang telah membaca dan meresponnya.
Seperti kata beberapa pembaca, tulisanku telah mencapai tujuannya. Dan aku bisa menyimpulkan tiga tipikal kader PKS dari komentar-komentar di web maupun facebook. Satu adalah kelemahan, dua yang lain adalah kelebihan. Kusebutkan dari kelebihan dulu ya. Tidak, tidak. Kuawali dari maksudku menulis “Kebodohan Matematika PKS” dulu. Biar kalian tidak su’udhon kepadaku.
Walau sampai detik ini aku tidak memiliki kartu anggota PKS, aku menaruh harapan pada partai Islam yang satu ini. Bukan hanya karena asasnya Islam, yang kini hanya tinggal dua parpol di Indonesia. Tetapi dari kerja-kerja dan aktifitasnya. Kalau tentang pembinaan dan pengajiannya, aku tidak perlu komentar, itu tidak bisa ditiru oleh partai lain, dan itu integrity core kalian. Sayangnya, publik tak mau tahu kalian ngaji atau tidak. Yang penting adalah apa manfaat kalian bagi mereka.
Nah, itu tuh yang aku lihat. Rupanya harapan masyarakat itu sedikit banyak bisa kalian penuhi dengan beragam baksos yang tiada henti selama lima tahun. Sejak tahun pemilu ke pemilu berikutnya. Sejak sebulan setelah pemilu 2009 sampai saat ini. Bagiku, kalian berbeda dari partai lainnya. Tetapi jika aku langsung mengatakan PKS rajin baksos, kalian pasti tidak tertarik membacanya. Pun orang lain yang tidak suka PKS, malah akan menjauhinya. Dengan tulisan sederhana “Kebodohan Matematika PKS” wow –koprol- tulisanku mendadak jadi paling populer di bersamadakwah.
Jadi niatku menampilkan fakta yang aku potret tentang kiprah PKS yang peduli dan terus melayani tanpa peduli pemilu bisa tersampaikan. Dan aku bersyukur kalian tidak tergoda dengan ide money politic yang aku usulkan. Ini tipikal pertama kader PKS, bertahan dengan nilai Islam di tengah godaan sekulerisme dan budaya instan materialisme.
Aku pun bertanya mengapa PKS terus baksos dan tidak mau mengganti aktifitas itu dengan serangan fajar, ternyata jawabannya, menurut ustadz yang kukenal sebagai tokoh PKS setempat, karena tujuan didirikan partai kalian ini untuk berdakwah dan mensejahterakan masyarakat. Jika benar demikian, berarti di balik ‘kebodohan’ matematika, kalian memiliki kecerdasan spiritual. Semoga kalian ikhlas, dan jika iya, kudoakan kalian menang agar skala pelayanan kalian lebih luas.
Kedua, tipikal kader PKS yang kuamati dari komentar-komentar kalian adalah, loyal. Kalian memiliki loyalitas yang tinggi kepada partai yang jarang kulihat dari kader partai lain. Ketika partai dihina kalian membela. Ketika partai dicaci kalian memberikan perlawanan. Ketika ada berita miring kalian menepisnya. Ini modal PKS. Kuharap loyalitas kalian bukan loyalitas buta. Kan kalian ini partai Islam, jadi loyalitasnya untuk Allah dan RasulNya dulu ya.
Ketiga, tipikal kader PKS itu emosional. Nah, kalau yang dua di atas positif, ini yang negatif. Kalian masih cenderung emosional dan mudah diprovokasi. Bahkan oleh tulisan sederhana yang menampilkan kelebihan kalian apa adanya, ditambah sedikit sarkasme. Hati-hati kawan. Politik itu kejam. Sedikit kelemahan bisa dimanfaatkan musuh sebesar-besarnya. Jangan mudah tersinggung dan terprovokasi, karena dalam dunia politik, lawan pasti mencari cara menjatuhkan. Ia bisa menyinggung kalian, memprovokasi kalian, bahkan memfitnah. Berhati-hatilah. []
Penulis: Dedi Ilyas
Pernah jadi mahasiswa tapi tidak lulus :)
Seperti kata beberapa pembaca, tulisanku telah mencapai tujuannya. Dan aku bisa menyimpulkan tiga tipikal kader PKS dari komentar-komentar di web maupun facebook. Satu adalah kelemahan, dua yang lain adalah kelebihan. Kusebutkan dari kelebihan dulu ya. Tidak, tidak. Kuawali dari maksudku menulis “Kebodohan Matematika PKS” dulu. Biar kalian tidak su’udhon kepadaku.
Walau sampai detik ini aku tidak memiliki kartu anggota PKS, aku menaruh harapan pada partai Islam yang satu ini. Bukan hanya karena asasnya Islam, yang kini hanya tinggal dua parpol di Indonesia. Tetapi dari kerja-kerja dan aktifitasnya. Kalau tentang pembinaan dan pengajiannya, aku tidak perlu komentar, itu tidak bisa ditiru oleh partai lain, dan itu integrity core kalian. Sayangnya, publik tak mau tahu kalian ngaji atau tidak. Yang penting adalah apa manfaat kalian bagi mereka.
Nah, itu tuh yang aku lihat. Rupanya harapan masyarakat itu sedikit banyak bisa kalian penuhi dengan beragam baksos yang tiada henti selama lima tahun. Sejak tahun pemilu ke pemilu berikutnya. Sejak sebulan setelah pemilu 2009 sampai saat ini. Bagiku, kalian berbeda dari partai lainnya. Tetapi jika aku langsung mengatakan PKS rajin baksos, kalian pasti tidak tertarik membacanya. Pun orang lain yang tidak suka PKS, malah akan menjauhinya. Dengan tulisan sederhana “Kebodohan Matematika PKS” wow –koprol- tulisanku mendadak jadi paling populer di bersamadakwah.
Jadi niatku menampilkan fakta yang aku potret tentang kiprah PKS yang peduli dan terus melayani tanpa peduli pemilu bisa tersampaikan. Dan aku bersyukur kalian tidak tergoda dengan ide money politic yang aku usulkan. Ini tipikal pertama kader PKS, bertahan dengan nilai Islam di tengah godaan sekulerisme dan budaya instan materialisme.
Aku pun bertanya mengapa PKS terus baksos dan tidak mau mengganti aktifitas itu dengan serangan fajar, ternyata jawabannya, menurut ustadz yang kukenal sebagai tokoh PKS setempat, karena tujuan didirikan partai kalian ini untuk berdakwah dan mensejahterakan masyarakat. Jika benar demikian, berarti di balik ‘kebodohan’ matematika, kalian memiliki kecerdasan spiritual. Semoga kalian ikhlas, dan jika iya, kudoakan kalian menang agar skala pelayanan kalian lebih luas.
Kedua, tipikal kader PKS yang kuamati dari komentar-komentar kalian adalah, loyal. Kalian memiliki loyalitas yang tinggi kepada partai yang jarang kulihat dari kader partai lain. Ketika partai dihina kalian membela. Ketika partai dicaci kalian memberikan perlawanan. Ketika ada berita miring kalian menepisnya. Ini modal PKS. Kuharap loyalitas kalian bukan loyalitas buta. Kan kalian ini partai Islam, jadi loyalitasnya untuk Allah dan RasulNya dulu ya.
Ketiga, tipikal kader PKS itu emosional. Nah, kalau yang dua di atas positif, ini yang negatif. Kalian masih cenderung emosional dan mudah diprovokasi. Bahkan oleh tulisan sederhana yang menampilkan kelebihan kalian apa adanya, ditambah sedikit sarkasme. Hati-hati kawan. Politik itu kejam. Sedikit kelemahan bisa dimanfaatkan musuh sebesar-besarnya. Jangan mudah tersinggung dan terprovokasi, karena dalam dunia politik, lawan pasti mencari cara menjatuhkan. Ia bisa menyinggung kalian, memprovokasi kalian, bahkan memfitnah. Berhati-hatilah. []
Penulis: Dedi Ilyas
Pernah jadi mahasiswa tapi tidak lulus :)
0 komentar:
Posting Komentar