(QS. Ali Imron : 104)
Saya tidak begitu ingat kapan tepatnya saya mulai kembali mengenal jalan kebaikan yang di dalamnya selalu dituang secangkir hangat teh bernama dakwah. Tapi yang pasti selalu melekat di benak saya bahwa kewajiban berdakwah dan ghiroh menebar kebaikan berhulu dari sebuah ayat Agung di atas dan bermuara pada semangat untuk senantiasa berlari pada setapak kebaikan. Meski kadang kala berduri.
Saya mendengarnya kala sebuah kajian di masjid kampus saya ikuti, dan pembicara menyinggung ayat tersebut sebagai landasan betapa berdakwah itu adalah sebuah keharusan. Bahkan di akhir ayat tersebut dikatakan bahwa orang-orang yang senantiasa mengajak pada kebaikan serta mencegah pada kemungkaranlah yang menjadi orang-orang yang beruntung.
Tentu tidak semudah itu sebenarnya. Proses pemaktuban kebaikan dalam benak dan jenak kehidupan saya sudah dimulai jauh sebelum saya mendapat gelar mahasiswa. Hanya saja saya seringkali terlalu lalai dan mencintai kesia-siaan sehingga saya sama sekali tidak menyadari kewajiban berdakwah. Jua kewajiban untuk terus berada dalam kebaikan, karena nyatanya, ketika saya mulai memasuki dunia mahasiswa. Justru kemaksiatanlah yang akrab dengan saya, meskipun saya mengetahui betul hal itu salah.
Saya adalah anak seorang petani di sebuah desa di pulau Bali sana. Ayah saya sangat kental dengan aktivitas keagamaan. Mencintai Islam dari palung hatinya secara mendalam, sehingga semua anak-anaknya sangat diperhatikan kualitas ke-Islaman-nya. Saya mengaji dari umur yang sangat belia. Mampu membaca Al-Qur’an tepat saat saya kelas 3 SD. Fasih. Saya tinggal di sebuah panti asuhan yang menanamkan ajaran Islam dengan sangat baik.
Lalu saat saya beranjak ke sekolah menengah, saya berpindah sekolah ke Bogor. Juga dengan kualitas lingkungan islami yang sangat baik. saya mulai mengenal mentoring di sana. Semua aktivitas ke-islaman sangat diperhatikan. Semua siswa wajib sholat di masjid, menghafal Al-Qur’an dan berprestasi di sekolah. Dan saya lalui itu selama 5 tahun penuh.
Maka lebih dari 10 tahun saya benar-benar Allah kondisikan dalam lingkungan yang sangat baik. Lingkungan islami yang menanamkan secara mendalam hakikat ke-islaman ke dalam relung hati saya. Dan menumbuhkan pohon rindang kecintaan akan agama ini, dengan akar yang kokoh menancap bumi dan menjulang ke langit membawa manfaat melalui buahnya yang manis.
Sehingga ketika sore itu saya mengikuti kajian tersebut, dan pembicara membacakan ulasan mengenai ayat tersebut. Allah hembuskan hidayah ke dalam hati saya untuk mulai menyadari bahwa ada satu lagi yang menjadi kewajiban kita sebagai manusia. Yaitu sekumpulan frasa yang berbunyi: Mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran, yang meresam pada satu makna yaitu: Dakwah.
Ketika itu maka saya bersua kembali dengan kecintaan saya akan agama ini. Kecintaan yang sempat memudar ketika awal saya memasuki dunia perkuliahan. Mungkin karena saya begitu antusias berhadapan dengan dunia luar yang selama di asrama tidak pernah saya rasakan. Hampir satu tahun lebih hidup saya sebagai mahasiswa saya sia-siakan dengan kegiatan yang tidak bermakna. Dan habis dengan keceriaan yang hampa.
Maka pertemuan saya dengan jalan dakwah adalah pertemuan saya dengan kecintaan saya akan agama ini, tapi dengan wajah yang lain. Sebelumnya saya begitu mencintai belajar agama ini, dan sekarang saya mencintai belajar dan mendakwahkan agama ini. Sungguh sebuah keharuan yang luar biasa. Saya kembali merasakan hangatnya Cinta-Nya saat saya benar-benar semakin jauh dari kebaikan.
Tentunya semua ini juga di dukung dengan teman-teman saya di kampus yang selalu mengajak saya mengikuti kegiatan-kegiatan lembaga dakwah kampus, lalu kemudian mengaktifkan kembali halaqah saya yang sudah tidak berjalan. Dan akhirnya saya juga menjadi bagian dari keluarga lembaga dakwah kampus di universitas saya.
Semoga Allah senantiasa menghembuskan Istiqomah ke dalam hati saya, sehingga saya terus memiliki semangat yang bertumbuh untuk mengemban setiap amanah dakwah yang saya jalani. Dan juga senantiasa memberikan pundak yang kokoh kepada saya dan teman-teman saya di lembaga dakwah kampus untuk senantiasa menebar kebaikan di kampus dan lingkungan kami. Karena sesungguhnya kebaikan itu hanya akan kokoh ketika kita menjalankannya secara jama’ah dan terorganisir dengan baik.
Penulis : Abi Awwabin
Medan
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
0 komentar:
Posting Komentar