Kepala Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang (JFPA) Kunio Kitamura mengatakan, Jepang kini mengalami krisis demografi serius. Bahkan, manusia Jepang terancam punah di masa mendatang.
Indikasi ancaman populasi telah terlihat saat ini dari kesenjangan antara angka kelahiran yang terus menurun dengan jumlah penduduk lanjut usia. Sebabnya adalah, kaum muda di Jepang semakin enggan menikah.
Survei di tahun 2011 menunjukkan 61 persen pria dan 49 persen wanita usia antara 18-34 tahun masih melajang. Menurut data yang dilansir Guardian, Senin (21/10), jumlah itu meningkat hingga 10 persen selama lima tahun terakhir.
Setidaknya, ada dua alasan mengapa kaum muda Jepang takut menikah. Pertama, pernikahan dianggap menjadi beban. Seperti dilansir Vivanews, Selasa (22/10), harga properti di Jepang sangat mahal. Biaya itu akan semakin meningkat, ketika suami istri memiliki anak.
Kedua, sebagian wanita muda Jepang lebih memprioritaskan karir daripada berkeluarga. Menikah, justru dianggap dapat menghambat karir dan pekerjaan.
"Bos Anda akan menganggap Anda akan hamil. Ketika itu terjadi maka jam kerja menjadi fleksibel dan memaksa Anda untuk mundur dari pekerjaan," kata konsultan seks Ai Aoyama. [AM/Vv]
Indikasi ancaman populasi telah terlihat saat ini dari kesenjangan antara angka kelahiran yang terus menurun dengan jumlah penduduk lanjut usia. Sebabnya adalah, kaum muda di Jepang semakin enggan menikah.
Survei di tahun 2011 menunjukkan 61 persen pria dan 49 persen wanita usia antara 18-34 tahun masih melajang. Menurut data yang dilansir Guardian, Senin (21/10), jumlah itu meningkat hingga 10 persen selama lima tahun terakhir.
Setidaknya, ada dua alasan mengapa kaum muda Jepang takut menikah. Pertama, pernikahan dianggap menjadi beban. Seperti dilansir Vivanews, Selasa (22/10), harga properti di Jepang sangat mahal. Biaya itu akan semakin meningkat, ketika suami istri memiliki anak.
Kedua, sebagian wanita muda Jepang lebih memprioritaskan karir daripada berkeluarga. Menikah, justru dianggap dapat menghambat karir dan pekerjaan.
"Bos Anda akan menganggap Anda akan hamil. Ketika itu terjadi maka jam kerja menjadi fleksibel dan memaksa Anda untuk mundur dari pekerjaan," kata konsultan seks Ai Aoyama. [AM/Vv]
0 komentar:
Posting Komentar