Ahlussunnah dan Syiah selalu bertolak belakang 180 derajat dalam memandang sahabat Nabi, termasuk istri Rasulullah Aisyah radhiyallahu anha. Bagi Ahlussunnah, Sahabat Nabi adalah orang-orang mulia. Aisyah adalah wanita mulia dan telah diridhai Allah dan RasulNya. Sebaliknya, Syiah justru mencaci dan melaknat sahabat, tidak terkecuali Aisyah.
Pertentangan diametral antara tokoh Syiah Hasan Syahatah dan seorang Ahlussunnah Abu Misyari dalam memandang kedudukan Aisyah akhirnya berujung mubahalah.
Seperti video di bawah ini, terlebih dulu Abu Misyari menyatakan bahwa Aisyah adalah ummul mukminin yang mulia. Ia siap dilaknat jika sumpahnya salah.
“Aku keluar dari daya dan kekuatan Allah, dan aku masuk kepada daya dan kekuatanku, bahwa Aisyah adalah ummul muminin, Allah telah meridhainya, bukan wanita jahat, fajir dan fasik, dan demi Allah engkau wahai Hasan Syahatah adalah fajir, fasik, munafik. Allah melaknatku jika aku dusta” kata Abu Misyari.
Giliran Hasan Syahatah, ia pun bersumpah: “Aku keluar dari daya dan kekuatan Allah, dan aku masuk kepada daya dan kekuatanku, bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu alaihi wa aalih adalah wanita yang fasik, mujrim (jahat), maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, menyakiti ahlulbait, membunuh kaum muslimin secara zhalim, maka dia dilaknat di dunia dan akhirat, dan saya dilaknat jika saya berdusta.”
Tidak terjadi apa-apa setelah mubahalah itu. Satu jam, dua jam, satu hari, dua hari... semua berjalan seperti biasa. Abu Misyari menjalankan aktifitas seperti biasa. Hasan Syahatah juga masih gemar mencaci sahabat Nabi.
Hingga kemudian, beberapa pekan setelah mubahalah itu, Hasan Syahatah tewas mengenaskan. Tepatnya pada 23 Juni 2013 lalu di Daerah Giza, Mesir. Ia dikeroyok massa setempat ketika tengah menyebarkan ajaran Syiah di sebuah rumah yang juga dipakai nikah muktah dan konsolidasi aksi kekerasan 30 Juni. [IK/Ytb/bsb]
Pertentangan diametral antara tokoh Syiah Hasan Syahatah dan seorang Ahlussunnah Abu Misyari dalam memandang kedudukan Aisyah akhirnya berujung mubahalah.
Seperti video di bawah ini, terlebih dulu Abu Misyari menyatakan bahwa Aisyah adalah ummul mukminin yang mulia. Ia siap dilaknat jika sumpahnya salah.
“Aku keluar dari daya dan kekuatan Allah, dan aku masuk kepada daya dan kekuatanku, bahwa Aisyah adalah ummul muminin, Allah telah meridhainya, bukan wanita jahat, fajir dan fasik, dan demi Allah engkau wahai Hasan Syahatah adalah fajir, fasik, munafik. Allah melaknatku jika aku dusta” kata Abu Misyari.
Giliran Hasan Syahatah, ia pun bersumpah: “Aku keluar dari daya dan kekuatan Allah, dan aku masuk kepada daya dan kekuatanku, bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu alaihi wa aalih adalah wanita yang fasik, mujrim (jahat), maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, menyakiti ahlulbait, membunuh kaum muslimin secara zhalim, maka dia dilaknat di dunia dan akhirat, dan saya dilaknat jika saya berdusta.”
Tidak terjadi apa-apa setelah mubahalah itu. Satu jam, dua jam, satu hari, dua hari... semua berjalan seperti biasa. Abu Misyari menjalankan aktifitas seperti biasa. Hasan Syahatah juga masih gemar mencaci sahabat Nabi.
Hingga kemudian, beberapa pekan setelah mubahalah itu, Hasan Syahatah tewas mengenaskan. Tepatnya pada 23 Juni 2013 lalu di Daerah Giza, Mesir. Ia dikeroyok massa setempat ketika tengah menyebarkan ajaran Syiah di sebuah rumah yang juga dipakai nikah muktah dan konsolidasi aksi kekerasan 30 Juni. [IK/Ytb/bsb]
0 komentar:
Posting Komentar