Dakwah Pertamaku di Papua

Dakwah Pertamaku di Papua

Dai Fadlan Garamatan di Papua (foto ROL)
Alhamdulilah, kebahagiaan dan keharuan menyerbak di hati para mahasantri Ma’had ‘Aly Arrayah bak embun di pagi hari ketika wisuda terpampang di depan mata mereka. Dua tahun tak terasa begitu cepat berlalu. Canda, tawa, susah, senang telah mereka lalui di markas pendidikan islam tersebut,. Kini saatnya mereka melepas sahabat, asatidzah dan staff serta karyawan almahbubin demi melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Namun sebelum benar-benar meninggalkan Ma’had tersebut, mereka mempunyai tugas dakwah yang tak lain adalah safari dakwiyah ke seluruh penjuru Nusantara selama bulan Ramadhan 1434 H. Tugas yang akan membentuk mereka menjadi dai-dai masa depan.

Selama satu bulan mahasantri dibekali materi-materi yang akan mereka sampaikan di lokasi dakwah yang telah disusun dan dibawakan oleh masayih maupun asatidzah Ma’had ‘Ali Arrayah. Materi yang dibawakan menyangkut aqidah, akhlak, tazkiatun nafs, Alqur’an, dll. Pembekalan sangat bermanfaaat bagi mahasantri untuk menguasai materi dakwah serta tatacara penyampaian materi secara sempurna.

Setelah mahasantri menyiapkan perbekalan dan menyelesaikan perpisahan dengan asatidzah beserta jajaran lainnya , akhirnya mahasantri kloter pertama dengan destinasi Asmat, Papua dilepas dan diberangkatkan oleh Mudir Ma’had yaitu Ustadz Munir ahmad karim, Lc dengan dua mobil. Kami yang berjumlah 9 orang sadar betul akan jauhnya perjalanan ini yang mungkin akan melewati tiga elemen dasar penyusun bumi yaitu darat, laut, dan udara. Singkat cerita kami menyinggahi 5 Kota besar di 3 Pulau besar di Indonesia. Dari Sukabumi, Jakarta, Makassar, Jayapura, Merauke Papua.

Dua hari kami melakukan perjalanan yang sangat melelahkan, total ada 2 mobil dan 3 pesawat telah kami tunggangi, namun kelelahan tersebut seolah-olah terbayarkan dengan senyuman dan dekapan hangat ustadz Syamsudin, Lc yang telah menyempatkan diri untuk menunggu kita di Bandara Merauke,. Perjalanan kami lanjutkan ke Ponpes Hidayatullah, disana kami dibekali ilmu serta pembagian lokasi dakwah.

Dengan kondisi yang begitu lelah, kami lanjutkan perjalanan pada jam 10 malam tepatnya 6 jam dari kedatangan kami. Kami harus menyebrang dengan kapal KM Tatamailau menuju Asmat Papua yang di tempuh dengan perjalanan 2 hari 1 malam. Sungguh ini adalah perjalanan terjauh kami menunggangi kapal.

Tak terasa bel KM Tatamailau berbunyi tanda kapal telah sampai di Pelabuhan Agats, Asmat, Papua. Kami terus menghubungi Ustadz Abdussomad Mahose yang bertanggung jawab atas kami di lokasi tersebut. Dengan jaket sport putih dan penutup kepala serta melambaikan tangan ke arah kami, kami langsung mengerti bahwa sosok tesebut adalah ustadz Abdussomad Mahoze pria asli suku yang menjadi da’i AMCF di Asmat.

Kamipun berjuang untuk menuruni tangga yang penuh sesak dengan para penumpang yang naik turun kapal KM Tatamailau. Setelah berhasil turun dari KM Tatamailau, kami disambut oleh Bapak Ridwan Omanhopa, beliau adalah supir speedboat yang menjemput kami dari pelabuhan ke lokasi dakwah. Sesampainya di lokasi kami sangat kagum dengan keramahan penduduk dan bentuk bangunan yang semuanya terbuat dari papan termasuk jalan jalan disini, selidik punya selidik ternyata daerah ini mempunyai tanah yang berlumpur sehingga semua jalan dan bangunan ditopang dengan kayu besi sehingga tampak semua bangunan berada melayang di atas tanah. Akhirnya kami sampai di Masjid Annur Agats yang akan kami jadikan sebagai Basecamp kami.

Keesokan harinya kami mulai menyususun agenda dakwah selama bulan Ramadhan, agenda untuk kajian, TPA , tarawih, dan pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu. Materi yang akan kami sampaikan berupa aqidah, akhlak, siroh nabawiyah, fiqh, Alqur’an, dll. Kami menyusun dengan jadwal yang telah dirancang oleh asatidzah kami dengan rincian kultum subuh dan tahsin Alqur’an di sesi pertama, kemudian sesi yang kedua pukul 08.00-10.00 adalah kajian ilmiah, dan sesi yang ketiga ba’da Ashar sampai Magrib adalah TPA, dan sesi yang keempat adalah kultum tarawih. Untuk mengantisipasi banyaknya pertanyaan dari peserta, kami membawa beberapa buku referensi seperti Kitabu attauhid, Rohiqulmahtum untuk siroh dan masih banyak lagi.

Ada hal yang menarik ketika kami berdakwah di lokasi ini, jamaah kami berasal dari berbagai suku di Indonesia. Ada suku Bugis, Jawa, Merauke, Maluku, Button dan Batak. Dan mayoritas mereka pendatang dari luar daerah, maklum mayoritas suku asmat adalah Nasrani. Walaupun mereka minoritas tetapi meraka adalah peggerak Pemerintahan Daerah di Asmat , Jamaah ada yang bertugas sebagai anggota DPR , Kapolres, Dinas Kesehatan, tentara, dan pegawai sipil lainya. Walupun mereka pembesar atau tokoh masyarakat, mereka sangat antusias dalam setiap kajian yang kami berikan walaupun kami tergolong lebih muda dari usia mereka namun mereka sangat menghargai kami.

Singkat cerita kegiatan dakwah tersebut kami lanjutkan hingga Ramadhan berakhir. Dan dari pengalaman yang kami peroleh adalah janganlah kita puas dengan dakwah kita selama ini masih banyak lahan dakwah yang belum terjamah oleh dai-dai yang notabene mereka sangat memerlukan.

Akhir cerita tetap sehat tetap semangat dan kita akhiri dengan do’a nasalullah ayyaj’alana addu’aat annajihin Amiin Ya Robbal ‘Alamin. []

Penulis : Fajar Shodiqin
Surakarta

Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)


0 komentar:

Posting Komentar