Judul : Geliat Partai Dakwah Memasuki Ranah Kekuasaan
Penulis : Akmal Sjafril
Penerbit : Afnan Publishing - Jakarta
Cetakan : Juli 2013
Tebal : xxvii + 215 Halaman
ISBN : 978-601-17748-1-6
Pesta demokrasi di negeri tercinta akan berlangsung dalam hitungan bulan ke depan. Setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan parta-partai yang lolos verifikasi dan berhak unjuk aksi di pentas demokrasi itu, partai-partai tersebut mulai melancarkan sejuta aksi, bermacam cara dilakukan untuk merebut hati masyarakat.
Mulai dari tebar spanduk, pasang baliho sembarangan, aneka aksi sosial seperti donor darah, santunan yatim piatu dan fakir miskin juga pembagian sembako. Hingga cara tak wajar seperti mendatangi dukun, paranormal dan sejenisnya. Tak ketinggalan, mereka yang menjadi Calon Anggota Dewan dengan modal tebal, langsung menyewa berbagai macam artis untuk kampanye mereka. Sehingga, jangan heran! Jika suatu ketika menyaksikan pemandangan dangdut koplo dengan biduan yang berpakaian seadanya saat kampanye. Ironis! Karena sebagian besar penontonnya adalah anak kecil.
Maka, jarang kita temui buku atau bahan yang menyeluruh tentang sebuah partai, mulai dari ideologi dan jalan juang yang mereka tempuh. Sehingga, setiap kali pemilu, masyarakat ‘dipaksa’ membeli kucing dalam karung.
Namun, tidak demikian dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai yang akhir-akhir ini menjadi headline dalam pemberitaan surat kabar dan televisi nasional ini secara terbuka mengenalkan dirinya kepada khalayak. Badai fitnah yang menimpa kadernya awal tahun 2013 malah menjadi pemicu. Sehingga petinggi dan seluruh kadernya bergerak massif ke berbagai bidang sesuai kapasitas mereka.
Faktanya, Misbakhun –salah satu kader PKS yang pernah dipenjarakan- dibebaskan dengan pemulihan nama baik karena tidak terbukti dalam mega skandal Bank Century. Kemudian mantan Presiden mereka –Luthfi Hasan Ishaq (LHI)- hingga kini masih terus menjalani persidangan. Dan, belum terbukti bersalah dalam kasus Impor Daging Sapi senilai satu milyar ini.
Nampak janggal memang, Anas Urbaningrum dan Andi Malarangeng yang dinyatakan tersangka oleh KPK sejak setahun lalu, hingga kini belum dijebloskan ke jeruji besi. Sedangkan LHI langsung digelandang ke hotel prodeo sesaat setelah ‘diduga’ akan disogok. Apalagi, LHI ditempatkan di rutan militer. Bukan rutan milik KPK. Sebagai rakyat kecil, kita tidak banyak tahu. Kita memang lebih layak memikirkan jawaban atas pertanyaan, “Besok kita sekeluarga mau makan apa?”
Dalam rangka membuka diri tentang ideologi dan jalan juang partai ini pula, Akmal Sjafril, seorang lulusan Sarjana Teknik Sipil ITB yang melanjutkan Strata Dua bidang Pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun merasa terpanggil untuk menulis tentang sepak terjang PKS. Ini menjadi semacam penjelasan tentang aneka sikap PKS dan juga partai Islam lainnya. Semacam jawaban, mengapa akhirnya Islam menempuh jalur politik?
Bagi beberapa golongan muslimin sendiri, masalah politik masih menjadi sesuatu yang tabu. Bahkan, bagi sebagian kaum muslimin yang lain, politik memasuki taraf ‘haram’. Jangankan dimasuki dan terjun bebas di dalamnya. Menyentuh saja, tidak diperbolehkan. Bagi golongan ini, politik adalah jalan kotor yang tidak boleh sekalipun ditempuh.
Dengan argumen dan data yang jelas, Penulis menjelaskan demokrasi dari kaca mata Islam. Sebagaimana politik yang masih ditabu dan diharamkan oleh sebagian pemeluk Islam, Demokrasi pun bernasib demikian.
Ada yang terlibat aktif dalam politik praktis melalu berbagai jenis partai, ada yang antipati dan memilih menjadi ‘manusia suci’ dengan sibuk di masjid saja, ada pula yang mengambil jalan ekstrim dengan menganggap pemerintah sebagai musuh dan akhirnya menempuh jalan kekerasan. Diluar itu, ada golongan yang hanya sibuk mempromosikan ideologi lain tanpa mau terlibat langsung dalam ketiga kelompok di atas.
Mengomentari hal ini, Penulis menyampaikan, “Apalagi ketika melihat begitu banyak tugas menanti, menuntut waktu, tenaga dan pikiran kita. Diantara seluruh kekuatan yang terus ‘bertempur’ tiada henti, yang akan bertahan hanyalah yang disibukkan dengan kerja nyata. Antipati pada demokrasi atau tidak, berjuang di dalam sistem atau tidak, kerja nyatalah yang akan menjadi ukuran. Tanpa kerja nyata, maka kita semua tidak lain hanyalah pembual.” (Hal 207)
Di luar itu semua, ini adalah pekerjaan rumah negeri ini. Bagaimana mungkin, satu rumah masih beda tujuan? Sehingga wajar. Ketika dunia luar sibuk dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, negeri kita masih sibuk dengan perdebatan dan masalah perselisihan antara golongan.
Apa yang disampaikan oleh Penulis dalam buku ini, selayaknya diikuti oleh politisi lain. Sehingga, kami yang menjadi rakyat jelata, bisa benar-benar mengetahui apa dan bagaimana partai mereka. Bukan sekedar aktif menjelang pemilu, tetapi terus bersosialisasi dan memberikan kontribusi di sepanjang masa. Sayangnya, kebanyakan mereka, saat ini, masih disibukkan dengan kasus korupsi yang menimpa petinggi-petinggi mereka. Semoga, kita semakin mengerti. Sebelum akhirnya, kita memilih berdasarkan nurani. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Penulis : Akmal Sjafril
Penerbit : Afnan Publishing - Jakarta
Cetakan : Juli 2013
Tebal : xxvii + 215 Halaman
ISBN : 978-601-17748-1-6
Pesta demokrasi di negeri tercinta akan berlangsung dalam hitungan bulan ke depan. Setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan parta-partai yang lolos verifikasi dan berhak unjuk aksi di pentas demokrasi itu, partai-partai tersebut mulai melancarkan sejuta aksi, bermacam cara dilakukan untuk merebut hati masyarakat.
Mulai dari tebar spanduk, pasang baliho sembarangan, aneka aksi sosial seperti donor darah, santunan yatim piatu dan fakir miskin juga pembagian sembako. Hingga cara tak wajar seperti mendatangi dukun, paranormal dan sejenisnya. Tak ketinggalan, mereka yang menjadi Calon Anggota Dewan dengan modal tebal, langsung menyewa berbagai macam artis untuk kampanye mereka. Sehingga, jangan heran! Jika suatu ketika menyaksikan pemandangan dangdut koplo dengan biduan yang berpakaian seadanya saat kampanye. Ironis! Karena sebagian besar penontonnya adalah anak kecil.
Maka, jarang kita temui buku atau bahan yang menyeluruh tentang sebuah partai, mulai dari ideologi dan jalan juang yang mereka tempuh. Sehingga, setiap kali pemilu, masyarakat ‘dipaksa’ membeli kucing dalam karung.
Namun, tidak demikian dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai yang akhir-akhir ini menjadi headline dalam pemberitaan surat kabar dan televisi nasional ini secara terbuka mengenalkan dirinya kepada khalayak. Badai fitnah yang menimpa kadernya awal tahun 2013 malah menjadi pemicu. Sehingga petinggi dan seluruh kadernya bergerak massif ke berbagai bidang sesuai kapasitas mereka.
Faktanya, Misbakhun –salah satu kader PKS yang pernah dipenjarakan- dibebaskan dengan pemulihan nama baik karena tidak terbukti dalam mega skandal Bank Century. Kemudian mantan Presiden mereka –Luthfi Hasan Ishaq (LHI)- hingga kini masih terus menjalani persidangan. Dan, belum terbukti bersalah dalam kasus Impor Daging Sapi senilai satu milyar ini.
Nampak janggal memang, Anas Urbaningrum dan Andi Malarangeng yang dinyatakan tersangka oleh KPK sejak setahun lalu, hingga kini belum dijebloskan ke jeruji besi. Sedangkan LHI langsung digelandang ke hotel prodeo sesaat setelah ‘diduga’ akan disogok. Apalagi, LHI ditempatkan di rutan militer. Bukan rutan milik KPK. Sebagai rakyat kecil, kita tidak banyak tahu. Kita memang lebih layak memikirkan jawaban atas pertanyaan, “Besok kita sekeluarga mau makan apa?”
Dalam rangka membuka diri tentang ideologi dan jalan juang partai ini pula, Akmal Sjafril, seorang lulusan Sarjana Teknik Sipil ITB yang melanjutkan Strata Dua bidang Pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun merasa terpanggil untuk menulis tentang sepak terjang PKS. Ini menjadi semacam penjelasan tentang aneka sikap PKS dan juga partai Islam lainnya. Semacam jawaban, mengapa akhirnya Islam menempuh jalur politik?
Bagi beberapa golongan muslimin sendiri, masalah politik masih menjadi sesuatu yang tabu. Bahkan, bagi sebagian kaum muslimin yang lain, politik memasuki taraf ‘haram’. Jangankan dimasuki dan terjun bebas di dalamnya. Menyentuh saja, tidak diperbolehkan. Bagi golongan ini, politik adalah jalan kotor yang tidak boleh sekalipun ditempuh.
Dengan argumen dan data yang jelas, Penulis menjelaskan demokrasi dari kaca mata Islam. Sebagaimana politik yang masih ditabu dan diharamkan oleh sebagian pemeluk Islam, Demokrasi pun bernasib demikian.
Ada yang terlibat aktif dalam politik praktis melalu berbagai jenis partai, ada yang antipati dan memilih menjadi ‘manusia suci’ dengan sibuk di masjid saja, ada pula yang mengambil jalan ekstrim dengan menganggap pemerintah sebagai musuh dan akhirnya menempuh jalan kekerasan. Diluar itu, ada golongan yang hanya sibuk mempromosikan ideologi lain tanpa mau terlibat langsung dalam ketiga kelompok di atas.
Mengomentari hal ini, Penulis menyampaikan, “Apalagi ketika melihat begitu banyak tugas menanti, menuntut waktu, tenaga dan pikiran kita. Diantara seluruh kekuatan yang terus ‘bertempur’ tiada henti, yang akan bertahan hanyalah yang disibukkan dengan kerja nyata. Antipati pada demokrasi atau tidak, berjuang di dalam sistem atau tidak, kerja nyatalah yang akan menjadi ukuran. Tanpa kerja nyata, maka kita semua tidak lain hanyalah pembual.” (Hal 207)
Di luar itu semua, ini adalah pekerjaan rumah negeri ini. Bagaimana mungkin, satu rumah masih beda tujuan? Sehingga wajar. Ketika dunia luar sibuk dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, negeri kita masih sibuk dengan perdebatan dan masalah perselisihan antara golongan.
Apa yang disampaikan oleh Penulis dalam buku ini, selayaknya diikuti oleh politisi lain. Sehingga, kami yang menjadi rakyat jelata, bisa benar-benar mengetahui apa dan bagaimana partai mereka. Bukan sekedar aktif menjelang pemilu, tetapi terus bersosialisasi dan memberikan kontribusi di sepanjang masa. Sayangnya, kebanyakan mereka, saat ini, masih disibukkan dengan kasus korupsi yang menimpa petinggi-petinggi mereka. Semoga, kita semakin mengerti. Sebelum akhirnya, kita memilih berdasarkan nurani. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Tertarik dengan buku Geliat Partai Dakwah Memasuki Ranah Kekuasaan ini?
silahkan hubungi Toko Buku Bahagia
silahkan hubungi Toko Buku Bahagia
0 komentar:
Posting Komentar