Politisi Partai Golkar Tantowi Yahya mengakui bahwa ia berkunjung ke Israel. Namun, Tantowi mengatakan, kunjungannya selama empat hari di Israel bukan dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR RI. Ia juga menegaskan, kunjungannya bukanlah kunjungan rahasia.
Tantowi menjelaskan, ia hadir bersama para pemimpin redaksi surat kabar nasional atas undangan Australian-Jewish Association.
"Saya bersama dengan wapemred Tempo, Kompas, Jakarta Post, Antv, Dekan Fakultas politik universitas Paramadina dan exc director Habibie Centre. Diundang oleh Australian-Israel Association ke Israel untuk melihat melihat proses perdamaian Israel-Palestina dan perkembangan terkini Arab Spring," ujar Tantowi seperti dikutip Tribunnews, Rabu (12/6).
Tantowi mengaku, kunjungannya ke negara zionis itu berlangsung selama empat hari, terhitung sejak 27 Mei sampai 1 Juni 2013. Ia merasa perlu ke Israel untuk melihat proses perdamaian Israel-Palestina dan perkembangan terkini Arab Spring.
Dari kunjungannya ia menyimpulkan, persepsi akan perdamaian itu sendiri berbeda antara pemerintah Israel dengan kalangan masyarakat di Indonesia.
"Dalam kunjungan ini, kami juga melihat bagaimana Israel masih memberlakukan Palestina secara tidak adil. Mereka juga dengan mudahnya melanggar kesepakatan, hal yang banyak dikeluhkan oleh kalangan internasional. Selama disana kami juga diajak ke pemukiman (settlement) yang selama ini jadi sumber masalah dan ternyata banyak diantaranya berupa perumahan mewah," Tantowi menjelaskan.
Meski menganggap Isreal belum adil, namun Tantowi meyakinkan Israel tidaklah memusuhi Islam. Diungkap, 30 persen penduduk Israel beragama Islam.
"Islam juga terwakili di parlemen. Dari 120 anggota parlemen, 8 diantaranya representasi dari Islam. Saya hadir dalam kapasitas pribadi, tidak mewakili partai dan DPR. Saya ikut karena sebagai anggota komisi 1 yang membidangi luar negeri," kata Tantowi. [IK/Trb/bsb]
Tantowi menjelaskan, ia hadir bersama para pemimpin redaksi surat kabar nasional atas undangan Australian-Jewish Association.
"Saya bersama dengan wapemred Tempo, Kompas, Jakarta Post, Antv, Dekan Fakultas politik universitas Paramadina dan exc director Habibie Centre. Diundang oleh Australian-Israel Association ke Israel untuk melihat melihat proses perdamaian Israel-Palestina dan perkembangan terkini Arab Spring," ujar Tantowi seperti dikutip Tribunnews, Rabu (12/6).
Tantowi mengaku, kunjungannya ke negara zionis itu berlangsung selama empat hari, terhitung sejak 27 Mei sampai 1 Juni 2013. Ia merasa perlu ke Israel untuk melihat proses perdamaian Israel-Palestina dan perkembangan terkini Arab Spring.
Dari kunjungannya ia menyimpulkan, persepsi akan perdamaian itu sendiri berbeda antara pemerintah Israel dengan kalangan masyarakat di Indonesia.
"Dalam kunjungan ini, kami juga melihat bagaimana Israel masih memberlakukan Palestina secara tidak adil. Mereka juga dengan mudahnya melanggar kesepakatan, hal yang banyak dikeluhkan oleh kalangan internasional. Selama disana kami juga diajak ke pemukiman (settlement) yang selama ini jadi sumber masalah dan ternyata banyak diantaranya berupa perumahan mewah," Tantowi menjelaskan.
Meski menganggap Isreal belum adil, namun Tantowi meyakinkan Israel tidaklah memusuhi Islam. Diungkap, 30 persen penduduk Israel beragama Islam.
"Islam juga terwakili di parlemen. Dari 120 anggota parlemen, 8 diantaranya representasi dari Islam. Saya hadir dalam kapasitas pribadi, tidak mewakili partai dan DPR. Saya ikut karena sebagai anggota komisi 1 yang membidangi luar negeri," kata Tantowi. [IK/Trb/bsb]
0 komentar:
Posting Komentar