Jam menunjukkan pukul 13:30. Matahari menyembulkan sinar dari balik awan, cerah. Awan putih di sekelilingnya menghiasi langit biru, ia seolah tersenyum melihat aku dan ummi yang tengah duduk berdua. Angin sepoi yang berhembus, membuat kami semakin asyik dalam angan kami. Di depan kami, terlihat kupu-kupu yang sedang berterbangan diantara bunga-bunga pohon yang biasa disebut orang Gresik sebagai pohon Keres, sedangkan orang Jogja biasa menyebutnya Talok.
“Dek” kata ummi, anganku terhenti. Kututup buku yang kupegang.
“Iya ummi” kupalingkan wajahku pada ummi, ummi terdiam sejenak.
“Liat deh dek, kupu-kupu itu seperti bidadari-bidadari yang berterbangan di taman surga. Sayapnya yang indah, dengan aneka macam warna, mengelilingi bunga talok dan daun-daunnya yang hijau. Indah ya dek?” kata ummi, matanya memandang ke arah kupu-kupu yang berterbangan di atas daun Talok yang terletak di samping asrama kami.
“Iya mi, indah ya. Kupu-kupunya bagus. Berwarna–warni. Subhanallah...” kataku pada ummi.
Aku lalu membayangkan bagaimana bidadari-bidadari surga itu menghiasi taman surga. Mereka saling bercengkerama. Matanya yang jeli, kulitnya yang halus dan bening, suaranya yang merdu, aah indahnya...
Tapi...
Anganku terhenti sejenak… Diam. Kosong. Mataku kembali menerawang jauh ke angkasa. Bukankah bidadari dunia itu lebih indah dan mulia tatkala ia bisa menjadi wanita sholihah, mereka wanita shalihah yang menjaga kehormatan dirinya dan martabat suaminya, mereka wanita-wanita shalihah yang tetap tegar menegakkan panji-panji Islam di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia, mereka yang rela dianggap asing demi tegaknya sunnah Nabi di muka bumi ini, dan mereka yang menjauhkan dirinya dari hal-hal yang berbau maksiat dan syubhat.
Dalam hadits diceritakan bahwa suatu saat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: ”Ya Rasulullah beritakanlah kepada kami, mana yang lebih utama di surga, wanita di dunia ataukah bidadari surga?”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Wanita-wanita di dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang tampak dari apa yang tidak terlihat”
Ummu Salamah kemudian bertanya “Mengapa wanita-wanita shalihah lebih utama daripada bidadari?”
Beliau menjawab “Karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya dari emas. Mereka lalu berkata “Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Maka berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya” (HR. At-Thabrani)
Subhanallah... Sungguh mulianya wanita shalihah hingga Rasulullah mengatakan bahwa wanita shalihah lebih utama daripada bidadari surga. Wanita shalihah yang mengerjakan sholat, puasa dan memperbanyak ibadah.
Wahai saudariku...
Sungguh kita semua adalah wanita yang cantik, maka mari kita percantik diri kita dengan akhlak yang mulia, dengan menjadikan diri kita wanita yang shalihah hingga kita bisa menyaingi bidadari surga....
Wallahu a’lam bish-shawab... [Ukhtu Emil]
“Dek” kata ummi, anganku terhenti. Kututup buku yang kupegang.
“Iya ummi” kupalingkan wajahku pada ummi, ummi terdiam sejenak.
“Liat deh dek, kupu-kupu itu seperti bidadari-bidadari yang berterbangan di taman surga. Sayapnya yang indah, dengan aneka macam warna, mengelilingi bunga talok dan daun-daunnya yang hijau. Indah ya dek?” kata ummi, matanya memandang ke arah kupu-kupu yang berterbangan di atas daun Talok yang terletak di samping asrama kami.
“Iya mi, indah ya. Kupu-kupunya bagus. Berwarna–warni. Subhanallah...” kataku pada ummi.
Aku lalu membayangkan bagaimana bidadari-bidadari surga itu menghiasi taman surga. Mereka saling bercengkerama. Matanya yang jeli, kulitnya yang halus dan bening, suaranya yang merdu, aah indahnya...
Tapi...
Anganku terhenti sejenak… Diam. Kosong. Mataku kembali menerawang jauh ke angkasa. Bukankah bidadari dunia itu lebih indah dan mulia tatkala ia bisa menjadi wanita sholihah, mereka wanita shalihah yang menjaga kehormatan dirinya dan martabat suaminya, mereka wanita-wanita shalihah yang tetap tegar menegakkan panji-panji Islam di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia, mereka yang rela dianggap asing demi tegaknya sunnah Nabi di muka bumi ini, dan mereka yang menjauhkan dirinya dari hal-hal yang berbau maksiat dan syubhat.
Dalam hadits diceritakan bahwa suatu saat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: ”Ya Rasulullah beritakanlah kepada kami, mana yang lebih utama di surga, wanita di dunia ataukah bidadari surga?”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Wanita-wanita di dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang tampak dari apa yang tidak terlihat”
Ummu Salamah kemudian bertanya “Mengapa wanita-wanita shalihah lebih utama daripada bidadari?”
Beliau menjawab “Karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya dari emas. Mereka lalu berkata “Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Maka berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya” (HR. At-Thabrani)
Subhanallah... Sungguh mulianya wanita shalihah hingga Rasulullah mengatakan bahwa wanita shalihah lebih utama daripada bidadari surga. Wanita shalihah yang mengerjakan sholat, puasa dan memperbanyak ibadah.
Wahai saudariku...
Sungguh kita semua adalah wanita yang cantik, maka mari kita percantik diri kita dengan akhlak yang mulia, dengan menjadikan diri kita wanita yang shalihah hingga kita bisa menyaingi bidadari surga....
Wallahu a’lam bish-shawab... [Ukhtu Emil]
0 komentar:
Posting Komentar