Alkisah Budi, seorang ayah yang cinta keluarga berencana untuk piknik mandiri ke Singapura di masa liburan sekolah nanti. Dengan istri dan tiga orang anak yang masih kecil, tentu piknik ini bukan perkara yang simpel. Persiapan telah dilakukan sejak tahun lalu. Segala daftar perbekalan pun telah disusun dengan rapi.
Budi sudah mulai mencari tiket pesawat yang hemat di internet. Dia juga mulai browsing hotel-hotel yang nyaman tapi hemat di Singapura. Daftar tempat-tempat yang akan dikunjungi pun telah diatur agendanya. Dan tak kalah penting, sebagian gaji pun mulai disisihkan sebagai bekal hidup selama disana. Budi sangat fokus untuk memastikan piknik SATU MINGGU di Singapura ini berjalan dengan lancar.
Itulah Budi dan piknik Singapura-nya. Barangkali kita mungkin juga pernah melakukan hal yang untuk urusan piknik kita. Betapa cinta dan niat membahagiakan keluarga membuat kita bersungguh-sungguh memberikan yang terbaik untuk mereka.
Beralih ke sisi yang lain, bagaimana dengan kesungguhan kita mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan yang PASTI kita alami? Sejauh mana persiapan kita untuk sebuah perjalanan yang 1 hari disana setara dengan 1.000 tahun dunia saat ini? Siapkah bekal kita untuk sebuah perjalanan yang abadi? Tidak lain tidak bukan, ini adalah tentang perjalanan di akhirat setelah kita wafat.
Adalah jawaban setiap kita, bila ditanya “Cintakah kita kepada Allah?”, maka pastilah kita akan menjawab “YA”. Jika si Budi saja, yang dengan cintanya kepada anak dan istri bersungguh-sungguh mempersiapkan yang terbaik, maka tentu kecintaan kita kepada Allah (seharusnya) akan membuat kita juga bersungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk perjalanan abadi ini.
Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkan bekal terbaik untuk akhirat kita? Sudahkah kita menjadi pribadi yang cukup baik ibadah dan akhlaknya untuk disambut dengan sukacita di akhirat kelak? Sudahkah kita memiliki bekal “tabungan harta” yang cukup untuk kehidupan akhirat kelak?
Untuk pertanyaan ketiga, wakaf telah dijadikan solusi oleh syariat Islam. Dengan wakaf, sedekah kita akan dikelola pokok hartanya dan hanya hasilnya yang dialirkan. Sehingga, saat kematian membuat kita tidak lagi bisa berzakat dan sedekah untuk menabung pahala, wakaf lah yang menjadi sumber tambahan tabungan pahala kita selama di alam kubur.
Perjalanan yang abadi tentu butuh bekal yang juga abadi. Kembangkan ilmu yang bermanfaat, didik anak menjadi sholeh, dan pastikan wakaf sudah kita tunaikan; inilah tiga bekal abadi kita menurut Rasulullah saw. Dengan demikian, untuk konteks harta, peganglah selalu bahwa: “Wakafku Bekal Abadiku”
Wallahu a’lam bis shawab. []
Penulis : Urip Budiarto
Direktur Tabung Wakaf Indonesia - Dompet Dhuafa
Budi sudah mulai mencari tiket pesawat yang hemat di internet. Dia juga mulai browsing hotel-hotel yang nyaman tapi hemat di Singapura. Daftar tempat-tempat yang akan dikunjungi pun telah diatur agendanya. Dan tak kalah penting, sebagian gaji pun mulai disisihkan sebagai bekal hidup selama disana. Budi sangat fokus untuk memastikan piknik SATU MINGGU di Singapura ini berjalan dengan lancar.
Itulah Budi dan piknik Singapura-nya. Barangkali kita mungkin juga pernah melakukan hal yang untuk urusan piknik kita. Betapa cinta dan niat membahagiakan keluarga membuat kita bersungguh-sungguh memberikan yang terbaik untuk mereka.
Beralih ke sisi yang lain, bagaimana dengan kesungguhan kita mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan yang PASTI kita alami? Sejauh mana persiapan kita untuk sebuah perjalanan yang 1 hari disana setara dengan 1.000 tahun dunia saat ini? Siapkah bekal kita untuk sebuah perjalanan yang abadi? Tidak lain tidak bukan, ini adalah tentang perjalanan di akhirat setelah kita wafat.
Adalah jawaban setiap kita, bila ditanya “Cintakah kita kepada Allah?”, maka pastilah kita akan menjawab “YA”. Jika si Budi saja, yang dengan cintanya kepada anak dan istri bersungguh-sungguh mempersiapkan yang terbaik, maka tentu kecintaan kita kepada Allah (seharusnya) akan membuat kita juga bersungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk perjalanan abadi ini.
Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkan bekal terbaik untuk akhirat kita? Sudahkah kita menjadi pribadi yang cukup baik ibadah dan akhlaknya untuk disambut dengan sukacita di akhirat kelak? Sudahkah kita memiliki bekal “tabungan harta” yang cukup untuk kehidupan akhirat kelak?
Untuk pertanyaan ketiga, wakaf telah dijadikan solusi oleh syariat Islam. Dengan wakaf, sedekah kita akan dikelola pokok hartanya dan hanya hasilnya yang dialirkan. Sehingga, saat kematian membuat kita tidak lagi bisa berzakat dan sedekah untuk menabung pahala, wakaf lah yang menjadi sumber tambahan tabungan pahala kita selama di alam kubur.
Perjalanan yang abadi tentu butuh bekal yang juga abadi. Kembangkan ilmu yang bermanfaat, didik anak menjadi sholeh, dan pastikan wakaf sudah kita tunaikan; inilah tiga bekal abadi kita menurut Rasulullah saw. Dengan demikian, untuk konteks harta, peganglah selalu bahwa: “Wakafku Bekal Abadiku”
Wallahu a’lam bis shawab. []
Penulis : Urip Budiarto
Direktur Tabung Wakaf Indonesia - Dompet Dhuafa
0 komentar:
Posting Komentar