bahkan.. tulisanmu bisa menjadi kebaikan abadi.. yang terus menerangi.. meski engkau nanti di perut bumi…”
[Sarwo Widodo Arachnida]
“Tulis 3 nama…” demikian instruksi beliau, Ust Adi Wisnugraha trainer TRUSTCO saat mengisi pelatihan singkat hari itu. Sebuah pelatihan untuk semua pengajar di sebuah yayasan sekolah terpadu di kota Gresik.
“Anggaplah kertas yang antum pegang adalah voucher pulsa gratis Rp. 50.000… tulislah 3 nama orang yang hadir di tempat ini yang menurut antum layak mendapatkannya“ lanjut beliau. “OK… sekarang dalam waktu 5 menit… temukan dan berikan kertas tersebut sesuai dengan nama yang telah antum tulis…” perintah beliau tiba-tiba. Dan berhamburanlah semua yang hadir di majelis itu untuk berburu 3 orang partner kerja yang dituju.
Waktu 5 menit pun telah berlalu. “Sekarang kita temukan siapa yang mendapat voucher terbanyak hari ini”. Subhanallah… wajah itu mengacungkan tangan penuh kertas dengan malu-malu. Wajah yang kami akrabi setiap hari kerja… sosok yang hampir selalu berusaha meringankan beban kami… sosok yang ringan tangan membantu siapa saja yang ia temui… wajah yang kami temui setiap kali pekan pembinaan tarbawi kami. Beliaulah murabbiyah kami. Beliaulah pemenang rekor voucher CINTA terbanyak hari itu.
“Itulah hakikat ihtiram… berbuat kebaikan… ia akan membekas dalam ingatan… ia akan melahirkan balasan kebaikan pula… dan pemenang rekor kita hari ini… selayaknya kita teladani… pasti ada sebab mengapa ia begitu dicintai…” tutup Sang trainer sebelum acara diakhiri.
Islam menekankan akhlaqul mahmudah bagi segenap muslim sebagai salah satu dari dua dimensi nilai yang wajib diwujudkan seorang muslim dalam hidupnya. Dua dimensi nilai itu aqidah atau keimanan yang benar dan akhlaq yang terpuji. Sebab akhlaq yang baik adalah buah dari aqidah yang benar. Keduanya mesti seiring sejalan. Setiap muslim punya kewajiban moral untuk mewujudkan citra baik Islam sebagi agama rahmatan lil alamin dengan berusaha menampakkan akhlaqul mahmudah saat berinteraksi dengan sesama manusia. Idealnya, tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara berpakaian, cara bergaul, seorang muslim lebih baik daripada orang lain yang belum mengenal Islam. Begitupun dengan para da’i harus menampakkan akhlaq yang lebih indah dari orang pada umumnya yang menjadi obyek dakwahnya. Agar tidak semakin benar ungkapan yang menyebutkan “Al-Islam mahjubun bil muslimin” artinya bahwa Islam itu terhijab oleh (perilaku) kaum muslimin. Dan terwujudlah sabda Sang Nabi di bawah ini.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia“ (HR .Ahmad dan Baihaqi)
Salah satu wujud akhlaqul mahmudah yang wajib muncul dalam diri seorang muslim adalah ihtiram. Ihtiram artinya saling menghargai atau saling hormat menghormati kepada sesama manusia. Ihtiram menjadi hal yang sangat penting di tengah-tengah pergaulan antar sesama, lebih-lebih dalam tata pegaulan antar sesama muslim. Islam mengatur bagaimana ihtiram dalam pergaulan dengan kedua orang tua, kepada sesama secara umum dan khususnya terhadap tetangga serta tamu yang berkunjung ke rumah.
Ihtiram pada kedua orang tua, Allah memerintahkan.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapak-mu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak dan ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra : 23 ).
Sedangkan kepada sesama manusia secara umum Allah berfirman.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman : 18 ).
Dalam firman Nya jelas menyebutkan larangan untuk berlaku sombong. Sombong ditandai dengan dua variabel yakni bathrul haq (menolak kebenaran) dan ghantun nas (menghina manusia). Banyak fakta menunjukkan jika kedzaliman dan pelanggaran terhadap hak-hak asasi seseorang besumber pada rasa angkuh, tidak menghormati orang lain. Maka, jika seorang muslim mengabaikan sikap ihtiram terhadap sesama manusia itu bisa berakibat fatal sebagaimana Rasulullah sampaikan dalam sabdanya.
“Barang siapa yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Bukhari dari Ibnu Umar ra).
Maka sudah bisa dipastikan kesombongan, angkuh, tidak sayang kepada yang kecil (lemah) dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua (besar), bukan watak orang-orang beriman.
Dan pemenang voucher Cinta saat pelatihan hari itu membuktikan jika kebaikan-kebaikan yang beliau lakukan selama ini pada hampir semua partner kerja tak hilang begitu saja. Akhlaq ihtiram yang beliau amalkan melahirkan cinta. Akhlaq ihtiram yang beliau lakukan menempatkan beliau menjadi sosok yang istimewa di hati setiap orang yang pernah melihat dan merasakan setiap kebaikan beliau. Dan tepatlah strategi sang trainer bagi kami, tak perlu banyak kata dan materi… cukup berikan bukti. Barang siapa yang berlaku penuh cinta… maka ia pun akan menuai cinta… sekalipun tanpa pernah ia meminta. Ketulusan akan berbuah ketulusan. Kebaikan akan berbalas kebaikan. Maka berlombalah… mengukir kebaikan.
dia menetes dan menumbuhkan… namun tidak berhenti.. kebaikan mengalir dari hati ke hati lagi.. menyejukan setiap jiwa.. bahkan hanya dengan mendengarnya.. terus meretas.. melembutkan semua yang dilewatinya.. Lalu… Indah menatap kau melakukannya…”
[ Sarwo Widodo Arachnida]
Wallahu a’lam bish shawab. [Kembang Pelangi]
0 komentar:
Posting Komentar