"Maka istiqomahlah engkau (Muhammad) sebagaimana diperintahkan, bersama orang yang taubat, jangan melampaui batas” -QS Hud:112
Tiba-tiba saja rambut Rasulullah saw cepat beruban, sehingga seorang sahabat bertanya kepada beliau saw. "Mengapa engkau cepat beruban Ya Rasulullah?'".
"Aku cepat beruban lantaran turunnya surat Hud dan saudara-saudaraanya," jawab Nabi saw.
Surat Hud (11) dalam Al Quran, diantara berisi perintah kepada Rasulullah saw agar istiqomah, tetap di jalan yang lurus. Dan lantaran memikirkan konsekuensi dari ayat inilah yang membuat rambut beliau cepat memutih.
Istiqomah juga bermakna konsisten dengan semua nilai-nilai yang diturunkan Allah swt dan disunnahkan Nabi saw. Di samping ikhtiar sebagai manusia, maka dalam setiap shalat, kita senantiasa berdoa:
"Ihdinas shiraathal mustaqiim". Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Paling tidak, doa ini dibaca 17 kali sehari semalam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya agar kita tidak tergoda menyimpang ke jalan yang bengkok.
Perintah istiqomah dalam surat Hud ini, diikuti pula agar mengajak serta orang-orang yang bertaubat, namun jangan melampaui batas. Yaitu istiqomah dalam beramal saleh dan berdoa kepada Allah swt, namun harus tetap menyeimbangkan segala hak, seperti hak Allah atas kita, hak diri kita atas kita, hak keluarga, atau hak orang lain atas kita.
Maksudnya adalah, meski istiqomah, jangan sampai kita menutup diri, kemudian tidak berinteraksi lagi dengan manusia yang lain. Untuk menjaga tetap istiqomah, Allah swt dalam ayat berikutnya QS Hud:113 memerintahkan agar kita tidak cenderung kepada orang-orang zhalim.
Sekali condong kepada kezhaliman, maka Allah swt akan mencabut perlindungan-Nya dan pertolongan-Nya. Selanjutnya tentu kerugian besar yang akan diperoleh, baik di dunia maupun di akhirat.
Menjadi manusia yang istiqomah di tengah kehidupan yang penuh getah ini tidaklah mudah. Perlu energi sendiri untuk bertahan di tengah-tengah banyaknya godaan harta, tahta dan lawan jenis. Mungkin kita harus berulang kali, meng-adjust, membetulkan langkah-langkah kita, manakala sudah mulai dirasakan ada yang menyimpang.
Bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa istiqomah dalam kehidupannya, maka di akhir hayatnya, kala sakaratul maut tiba, maka Allah swt akan mengutus malaikat yang akan menghibur dan berkata: "Wahai Hamba Allah yang saleh/ah, janganlah engkau takut, dan janganlah bersedih. Dan Allah telah menjanjikan surga untuk engkau". (QS Fussilat:30).
Di sinilah mungkin tersimpan sebuah rahasia, mengapa kadang kita saksikan, seorang hamba Allah bisa tersenyum saat wafat, melepas ruh dari jasadnya. Kerap rasa takut merasuk di hati, adakah kita dapat meraih husnul khatimah, akhir yang baik dan bersyahadah: Asyhadu anLaailaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rassulullah. "Ya Allah, kasihi kami dalam sakratul maut kami". Amien.
Siapa senang bunga dahlia
Tentu memilih si warna merah
Siapa tahan godaan dunia
Tentu bahagia di surga Allah
Penulis : Tifatul Sembiring
Sumber: Ramadhan Antara
Tiba-tiba saja rambut Rasulullah saw cepat beruban, sehingga seorang sahabat bertanya kepada beliau saw. "Mengapa engkau cepat beruban Ya Rasulullah?'".
"Aku cepat beruban lantaran turunnya surat Hud dan saudara-saudaraanya," jawab Nabi saw.
Surat Hud (11) dalam Al Quran, diantara berisi perintah kepada Rasulullah saw agar istiqomah, tetap di jalan yang lurus. Dan lantaran memikirkan konsekuensi dari ayat inilah yang membuat rambut beliau cepat memutih.
Istiqomah juga bermakna konsisten dengan semua nilai-nilai yang diturunkan Allah swt dan disunnahkan Nabi saw. Di samping ikhtiar sebagai manusia, maka dalam setiap shalat, kita senantiasa berdoa:
"Ihdinas shiraathal mustaqiim". Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Paling tidak, doa ini dibaca 17 kali sehari semalam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya agar kita tidak tergoda menyimpang ke jalan yang bengkok.
Perintah istiqomah dalam surat Hud ini, diikuti pula agar mengajak serta orang-orang yang bertaubat, namun jangan melampaui batas. Yaitu istiqomah dalam beramal saleh dan berdoa kepada Allah swt, namun harus tetap menyeimbangkan segala hak, seperti hak Allah atas kita, hak diri kita atas kita, hak keluarga, atau hak orang lain atas kita.
Maksudnya adalah, meski istiqomah, jangan sampai kita menutup diri, kemudian tidak berinteraksi lagi dengan manusia yang lain. Untuk menjaga tetap istiqomah, Allah swt dalam ayat berikutnya QS Hud:113 memerintahkan agar kita tidak cenderung kepada orang-orang zhalim.
Sekali condong kepada kezhaliman, maka Allah swt akan mencabut perlindungan-Nya dan pertolongan-Nya. Selanjutnya tentu kerugian besar yang akan diperoleh, baik di dunia maupun di akhirat.
Menjadi manusia yang istiqomah di tengah kehidupan yang penuh getah ini tidaklah mudah. Perlu energi sendiri untuk bertahan di tengah-tengah banyaknya godaan harta, tahta dan lawan jenis. Mungkin kita harus berulang kali, meng-adjust, membetulkan langkah-langkah kita, manakala sudah mulai dirasakan ada yang menyimpang.
Bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa istiqomah dalam kehidupannya, maka di akhir hayatnya, kala sakaratul maut tiba, maka Allah swt akan mengutus malaikat yang akan menghibur dan berkata: "Wahai Hamba Allah yang saleh/ah, janganlah engkau takut, dan janganlah bersedih. Dan Allah telah menjanjikan surga untuk engkau". (QS Fussilat:30).
Di sinilah mungkin tersimpan sebuah rahasia, mengapa kadang kita saksikan, seorang hamba Allah bisa tersenyum saat wafat, melepas ruh dari jasadnya. Kerap rasa takut merasuk di hati, adakah kita dapat meraih husnul khatimah, akhir yang baik dan bersyahadah: Asyhadu anLaailaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rassulullah. "Ya Allah, kasihi kami dalam sakratul maut kami". Amien.
Siapa senang bunga dahlia
Tentu memilih si warna merah
Siapa tahan godaan dunia
Tentu bahagia di surga Allah
Penulis : Tifatul Sembiring
Sumber: Ramadhan Antara
Untuk membaca kultum Ramadhan lainnya, silahkan klik
KUMPULAN KULTUM RAMADHAN 2013
KUMPULAN KULTUM RAMADHAN 2013
0 komentar:
Posting Komentar