Judul : DR. Moursi, President From Hero to Superhero
Penulis : Abdurrahman Al-Anbari
Penerbit : Aufa International - Bandung
Tebal : xiv + 196 Halaman ; 13,5 x 20,5 cm
Cetakan : I ; September 2013
ISBN : 978-979-1370-30-1
Kudeta berdarah Militer terhadap kepemimpinan resmi Muhammad Mursi di Mesir, merupakan tragedi paling memilukan sepanjang tahun ini. Bagi sejarah Demokrasi, kudeta ini menambah daftar merah tentang ‘kedigdayaan’ demokrasi itu sendiri. Sehingga, demokrasi yang diklaim sebagai suara Tuhan suara rakyat, seakan tak bermakna ketika berhadapan dengan tangan besi kaum militer.
Sudah menjadi mafhum, ketika kudeta terjadi, maka babak berikutnya adalah penculikan, penindasan, tindakan-tindakan anarkis tak berperikemanusiaan, hingga pemusnahan massal dengan dalih menghalau para pengacau.
Jika kita mengamati dengan seksama, apa yang dilakukan oleh pendukung Presiden syah Republik Mesir ini, merupakan cara yang belum dilakukan oleh pejuang manapun. Mereka sama sekali tidak melakukan protes dengan jalan kekerasan atau perang fisik, melainkan demo damai menuntut Presiden mereka kembal bertahta dalam singgasana kepresidenan. Tak tanggung-tanggung, aksi ini dijalankan berbulan-bulan, di segala tempat dengan cara yang tak biasa. Dalam lapangan-lapangan juang itu, mereka melakukan tilawah berkelompok, tarawih berjama’ah, qiyamullail berjama’ah dan aktivitas-aktivitas lain yang bernilai ibadah di sisi Allah. Tak heran, jika majalah sekelas TIME menurunkan berita bertajuk Demonstran Paling Damai di seluruh Dunia untuk meliput aksi damai pendukung Mursi tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Kudeta Berdarah ini didukung oleh Amerika dan Zionisme Internasional. Ditambah lagi dengan sikap banci negara-negara teluk. Amerika yang mengklaim diri sebagai Guru Besar Demokrasi, dalam hal ini menunjukkan wajah mereka yang sesungguhnya. Karena faktanya, mereka menyalurkan bantuan milyaran dolar untuk militer beberapa bulan sebelum Kudeta Berdarah terjadi. Sedangkan Zionis, melakukan hal ini lantaran takut akan kekuasaan Islam yang dimotori oleh Mursi dan pendukungnya. Sehingga, jika kepemimpinan Mursi dibiarkan, maka keberlangsungan mereka sebagai penjajah Palestina, tinggal menghitung hari.
Zionis menyadari sepenuhnya, bahwa bebasnya Palestina akan bermula dari Suriah dan Mesir. Maka, Mursi yang pro Islam, harus segera disingkirkan, bagaimanapun caranya. Ironisnya lagi, hampir seluruh komponen Militer Mesir, merupakan didikan Zionis dan Amerika. Sehingga tentara-tentara itu, merasa berhutang budi kepada ‘bosnya’. Tatkala ‘bos’ menitahkan perintah, maka tak mungkin mereka memungkiri perintah tersebut.
Kudeta ini juga dilatarbelakangi karena keakutan Amerika dan Zionis atas sosok Mursi sendiri. Beliau memang anak petani, tapi beliau berhasil mengamalkan Islam, dalam diri dan keluarganya. Beliau merupakan satu-satuya Presiden yang hafal al-Qur’an saat ini. Keluarga beliau –istri dan anak-anaknya- juga penghafal al-Qur’an. Dalam bidang keilmuan, Mursi merupakan sosok Doktor Teknik lulusan Amerika. Kemudian, begabungnya beliau dalam Ikhwanul Muslimin menjadikan beliau sosok yang tegar, tak mudah menyerah dan berani mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk kejayaan Islam.
Dalam tataran keislaman, Mursi ingin meningkatkan derajatnya sebagai seorang Muslim. Agar Islam tak hanya tegak dalam diri dan keluarganya, tetapi juga dalam tataran negara dan dunia.
Sehingga, jangan heran, Mursi merupakan sosok Presiden sederhana yang tidak mau menempati istana Kepresidenan. Ia memilih untuk menyewa apartemen di dekat kantornya. Beliau juga tidak mengambil gajinya. Bahkan, anak-anaknya tidak ada yang menduduki jabatan strategis. Satu diantaranya, memilih untuk tetap menjadi dokter di Arab Saudi. Ia juga sosok yang dekat dengan rakyat, tidak gila protokoler. Dalam keseharian, beliau terbiasa sholat berjamah bersama rakyat jelata, tanpa paspamres yang seringkali merepotkan warga.
Tak berhenti sampai di sana, beliau berhasil menasionalisasi terusan Suez, swasembada gandum sehingga menghentikan impor dari Amerika, membangun pabrik gadget, mobil, dan banyak lagi yang lainnya. Kepeduliannya terhadap Palestina juga bukan isapan jempol atau retorika. Melainkan sebuah bukti, meski belum semuanya tercapai. Setelah menjabat, perbatasan Mesir - Palestina langsug dibuka, sehingga warga Gaza bisa keluar masuk untuk mencukupi kebutuhan mereka dengan damai. Sehingga, tak berlebih-lebihan jika majalah sekelas TIME, menyatakan bahwa Mursi merupakan salah satu orang paling berpengaruh di dunia tahun 2013 ini.
Namun begitulah, dalam sejarah perjuangan, tak kan pernah sepi dari rintangan. Selalu saja ada onak dan duri yang menanti. Mursi digulingkan dari kursi Kepresidenan dengan dalih gagah memimpin, padahal baru menjabat satu tahun. Dia dipaksa berhasil menyelesaikan kerusakan Mesir warisan Mubarok selama enam puluh tahun dalam masa satu tahun jabatannya.
Yang patut kita jadikan catatan dalam kehidupan kita, setidaknya ada dua hal. Pertama, ketika Mursi didatangi oleh Jenderal Subkhi agar Mursi menyerahkan Mesir ke tangan militer, dia dengan lantang menjawab, “Pergilah! Kau telah mengganggu waktu qiyamullailku.” Setelah Ia dijebloskan ke dalam tahanan militer, hanya dua hal yang diminta. Yakni Sajadah dan al-Qur’an. Hingga kini, kita belum mengetahui dimana Mursi berada. Tapi kita semua berharap, semoga keadilan akan kembali tertegak di bumi ini. Karena penjajahan di atas dunia, harus dihapuskan. Karena penjajahan, tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Buku ini, yang ditulis oleh lulsan Al-Azhar, dimana penulisnya secara seksama mengamati serta menyaksikan langsung dari tempat kejadian, menyajikan sebuah fakta tak terbantahkan akan kekejaman rezim militer serta gigih dan tegarnya Mursi dan Pejuang-pejuang Kebenaran di Mesir.
Laporan dalam buku ini dinukil perhari, bahkan permenit. Dimulai dari sebelum Kudeta, ketika dan setelah kudeta, aksi damai pendukung Mursi dan prediksi Mesir paska kudeta. Dalam sejarah perbukuan di tanah air, ini merupakan buku ketiga yang mengupas kehidupan Mursi dan perihal Kudeta Berdarah. Sebelumnya, sudah ada buku DR Mursi Presiden yang Hafal al-Qur’an dan Air Mata Presiden Mursi. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Penulis : Abdurrahman Al-Anbari
Penerbit : Aufa International - Bandung
Tebal : xiv + 196 Halaman ; 13,5 x 20,5 cm
Cetakan : I ; September 2013
ISBN : 978-979-1370-30-1
Kudeta berdarah Militer terhadap kepemimpinan resmi Muhammad Mursi di Mesir, merupakan tragedi paling memilukan sepanjang tahun ini. Bagi sejarah Demokrasi, kudeta ini menambah daftar merah tentang ‘kedigdayaan’ demokrasi itu sendiri. Sehingga, demokrasi yang diklaim sebagai suara Tuhan suara rakyat, seakan tak bermakna ketika berhadapan dengan tangan besi kaum militer.
Sudah menjadi mafhum, ketika kudeta terjadi, maka babak berikutnya adalah penculikan, penindasan, tindakan-tindakan anarkis tak berperikemanusiaan, hingga pemusnahan massal dengan dalih menghalau para pengacau.
Jika kita mengamati dengan seksama, apa yang dilakukan oleh pendukung Presiden syah Republik Mesir ini, merupakan cara yang belum dilakukan oleh pejuang manapun. Mereka sama sekali tidak melakukan protes dengan jalan kekerasan atau perang fisik, melainkan demo damai menuntut Presiden mereka kembal bertahta dalam singgasana kepresidenan. Tak tanggung-tanggung, aksi ini dijalankan berbulan-bulan, di segala tempat dengan cara yang tak biasa. Dalam lapangan-lapangan juang itu, mereka melakukan tilawah berkelompok, tarawih berjama’ah, qiyamullail berjama’ah dan aktivitas-aktivitas lain yang bernilai ibadah di sisi Allah. Tak heran, jika majalah sekelas TIME menurunkan berita bertajuk Demonstran Paling Damai di seluruh Dunia untuk meliput aksi damai pendukung Mursi tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Kudeta Berdarah ini didukung oleh Amerika dan Zionisme Internasional. Ditambah lagi dengan sikap banci negara-negara teluk. Amerika yang mengklaim diri sebagai Guru Besar Demokrasi, dalam hal ini menunjukkan wajah mereka yang sesungguhnya. Karena faktanya, mereka menyalurkan bantuan milyaran dolar untuk militer beberapa bulan sebelum Kudeta Berdarah terjadi. Sedangkan Zionis, melakukan hal ini lantaran takut akan kekuasaan Islam yang dimotori oleh Mursi dan pendukungnya. Sehingga, jika kepemimpinan Mursi dibiarkan, maka keberlangsungan mereka sebagai penjajah Palestina, tinggal menghitung hari.
Zionis menyadari sepenuhnya, bahwa bebasnya Palestina akan bermula dari Suriah dan Mesir. Maka, Mursi yang pro Islam, harus segera disingkirkan, bagaimanapun caranya. Ironisnya lagi, hampir seluruh komponen Militer Mesir, merupakan didikan Zionis dan Amerika. Sehingga tentara-tentara itu, merasa berhutang budi kepada ‘bosnya’. Tatkala ‘bos’ menitahkan perintah, maka tak mungkin mereka memungkiri perintah tersebut.
Kudeta ini juga dilatarbelakangi karena keakutan Amerika dan Zionis atas sosok Mursi sendiri. Beliau memang anak petani, tapi beliau berhasil mengamalkan Islam, dalam diri dan keluarganya. Beliau merupakan satu-satuya Presiden yang hafal al-Qur’an saat ini. Keluarga beliau –istri dan anak-anaknya- juga penghafal al-Qur’an. Dalam bidang keilmuan, Mursi merupakan sosok Doktor Teknik lulusan Amerika. Kemudian, begabungnya beliau dalam Ikhwanul Muslimin menjadikan beliau sosok yang tegar, tak mudah menyerah dan berani mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk kejayaan Islam.
Dalam tataran keislaman, Mursi ingin meningkatkan derajatnya sebagai seorang Muslim. Agar Islam tak hanya tegak dalam diri dan keluarganya, tetapi juga dalam tataran negara dan dunia.
Sehingga, jangan heran, Mursi merupakan sosok Presiden sederhana yang tidak mau menempati istana Kepresidenan. Ia memilih untuk menyewa apartemen di dekat kantornya. Beliau juga tidak mengambil gajinya. Bahkan, anak-anaknya tidak ada yang menduduki jabatan strategis. Satu diantaranya, memilih untuk tetap menjadi dokter di Arab Saudi. Ia juga sosok yang dekat dengan rakyat, tidak gila protokoler. Dalam keseharian, beliau terbiasa sholat berjamah bersama rakyat jelata, tanpa paspamres yang seringkali merepotkan warga.
Tak berhenti sampai di sana, beliau berhasil menasionalisasi terusan Suez, swasembada gandum sehingga menghentikan impor dari Amerika, membangun pabrik gadget, mobil, dan banyak lagi yang lainnya. Kepeduliannya terhadap Palestina juga bukan isapan jempol atau retorika. Melainkan sebuah bukti, meski belum semuanya tercapai. Setelah menjabat, perbatasan Mesir - Palestina langsug dibuka, sehingga warga Gaza bisa keluar masuk untuk mencukupi kebutuhan mereka dengan damai. Sehingga, tak berlebih-lebihan jika majalah sekelas TIME, menyatakan bahwa Mursi merupakan salah satu orang paling berpengaruh di dunia tahun 2013 ini.
Namun begitulah, dalam sejarah perjuangan, tak kan pernah sepi dari rintangan. Selalu saja ada onak dan duri yang menanti. Mursi digulingkan dari kursi Kepresidenan dengan dalih gagah memimpin, padahal baru menjabat satu tahun. Dia dipaksa berhasil menyelesaikan kerusakan Mesir warisan Mubarok selama enam puluh tahun dalam masa satu tahun jabatannya.
Yang patut kita jadikan catatan dalam kehidupan kita, setidaknya ada dua hal. Pertama, ketika Mursi didatangi oleh Jenderal Subkhi agar Mursi menyerahkan Mesir ke tangan militer, dia dengan lantang menjawab, “Pergilah! Kau telah mengganggu waktu qiyamullailku.” Setelah Ia dijebloskan ke dalam tahanan militer, hanya dua hal yang diminta. Yakni Sajadah dan al-Qur’an. Hingga kini, kita belum mengetahui dimana Mursi berada. Tapi kita semua berharap, semoga keadilan akan kembali tertegak di bumi ini. Karena penjajahan di atas dunia, harus dihapuskan. Karena penjajahan, tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Buku ini, yang ditulis oleh lulsan Al-Azhar, dimana penulisnya secara seksama mengamati serta menyaksikan langsung dari tempat kejadian, menyajikan sebuah fakta tak terbantahkan akan kekejaman rezim militer serta gigih dan tegarnya Mursi dan Pejuang-pejuang Kebenaran di Mesir.
Laporan dalam buku ini dinukil perhari, bahkan permenit. Dimulai dari sebelum Kudeta, ketika dan setelah kudeta, aksi damai pendukung Mursi dan prediksi Mesir paska kudeta. Dalam sejarah perbukuan di tanah air, ini merupakan buku ketiga yang mengupas kehidupan Mursi dan perihal Kudeta Berdarah. Sebelumnya, sudah ada buku DR Mursi Presiden yang Hafal al-Qur’an dan Air Mata Presiden Mursi. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
0 komentar:
Posting Komentar