Satu diantara banyaknya alasan yang sering digunakan oleh mereka yang menunda menikah adalah masalah keuangan. Belum lulus kuliah, belum mendapat pekerjaan yang matang, belum memiliki kendaraan, rumah dan fasilitas duniawi lainnya. Mirisnya, alasan itu lebih pada pembenaran atas kemalasan dalam memperbaiki diri. Karena alasan itu tidak diiringi dengan upaya keras untuk memenuhi apa yang dihajatkan itu.
Padahal, jika mau jujur, alasan-alasan itu jelaslah tidak terbukti. Apalagi, Allah sudah meyakinkan melalui al-Qur’an, bahwa siapa yang fakir, kemudian menikah, maka Allah akan membuatnya menjadi kaya.
Saya meniatkan untuk nikah di usia 26tahun. Karena pertimbangan mengurus adik yang jumlahnya lumayan banyak. Namun, memasuki usia 25 tahun, kebutuhan untuk menikah semakin terasa. Apalagi, banyak tawaran yang diajukan. Baik oleh ustadz, teman, tetangga dan rekan kerja. Maka, jadilah saya berdoa agar Allah menyegerakan saya untuk menikah, dalam waktu dekat, sebelum usia 26 tahun.
Sempat khawatir terkait dana untuk menikah. Mengurus surat numpang nikah, surat nikahnya sendiri, bawaan, mahar, biaya ketika lamaran, walimah dan lain-lain. Alhamdulillah, setelah niat bulat, Allah membuat hati semakin yakin dengan apa yang sudah saya niatkan. Proses perkenalan berlangsung, hingga akhirnya saya mantap. Tentu, setelah meminta pertimbangan dengan keluarga besar saya.
Keluarga sempat khawatir, karena jauhnya perbedaan usia antara saya dan calon istri. Tapi setelah ikhtiar dan tawakkal, akhirnya keluarga mendukung tanpa tapi. Keluarga tidak bisa banyak membantu dalam hal materi, mereka menyerahkan semuanya kepada saya, utamanya terkait biaya. Untunglah, keluarga calon istri mau menerima usul saya untuk menyederhanakan walimah.
Maka, ditemuilah kata sepakat terkait waktu akad nikah dan walimah setelah kami bersilaturahim ketika khitbah. Jarak antara khitbah dengan menikah itu, hanya sebulan lebih sepekan. Sementara, belum ada uang yang saya genggam. Karena layar sudah dikembangkan, pantang mundur ke belakang.
Alhamdulillah, kedua kakak memberikan bantuan. Meski tidak terlalu banyak, hal itu sudah sangat membantu. Sejak proses khitbah itulah, Allah menepati janjiNya. Jualan buku online saya, yang hanya via fesbuk, mencapai penjualan fantastis. Dalam sebulan itu, omset yang saya terima, melebihi angka 14 juta. Padahal, sebelumnya hanya berkisar 1-3 juta.
Selain hal itu, Allah memudahkan semua proses. Termasuk tawaran-tawaran mobil gratis dari teman liqo’, Murobbi yang sangat antusias membantu dengan sepenuh cinta untuk menjadi perwakilan sambutan dari pihak keluarga kami ketika akad, juga menjadi saksi nikah. Proses kedatangan keluarga ke Jakarta juga dimudahkan. Mulai dari diantarkan oleh Guru SMP saya, sampai dimudahkan di perjalanan berupa tidak macet dan sampai dalam keadaan selamat.
Memang, sempat ada ‘kerikil’ kecil menjelang hari H. ATM saya hilang. Sempat bingung dan tidak berani menyampaikan kepada keluarga apalagi bapak dan ibu. Takut jika mereka khwatir. Namun, saya kira, keterbukaan akan memudahkan segalanya. Akhirnya saya bercerita. Tak disangka-sangka, bapak kemudian mengulurkan ‘tangannya’, “Ini uang bapak, pakai aja. Semoga berkah.”
Masalahnya, uang untuk operasional hari H masih di ATM. Sedangkan kejadian hilang hari Sabtu. Bank sudah tutup. Entah dari mana, pikiran saya tertuju pada seorang sahabat. Saya pun mengirim sms kepadanya, “Bang, ada uang ngangggur, gak? Saya mau pinjam. Pekan depan dikembalikan.” Tak dinyana, sahabat itu langsung menyetujui, “Silahkan ke rumah.” Rumah sahabat itu lumayan jauh. Sempat tidak diijinkan oleh orang tua untuk pergi. Lantaran khawatir dan esok sudah hari H. Alhamdulillah, Bapak dan Ibu akhirnya mengijinkan saya untuk pergi, karena alasan saya, sekalian ngecek ATM, barangkali tertinggal di tempat kost.
Sesampainya di rumah sahabat, uang langsung dikasihkan setelah saya bercerita kronologi kehilangan ATM. Alhamdulillah, Allah memberikan dua kemudahan berupa pinjaman dan pemberian ketika satu kesulitan berupa kehilngan ATM saya alamai. Allah, memang Maha Baik.
Setelah akad terucap, bibir, fikir dan hati hanya bisa mengeja syukur. Karena Allah memudahkan dan semoga melimpahkan keberkahan, ketika hambaNya bersungguh-sungguh menyegerakan melakukan ibadah bernama menikah.
Yang tak kalah mengejutkannya, karena kami menikah di tanggal 8 Dzuhijjah 1434 H, malamnya saya dipanggil oleh adik ipar. Dia berkata, “Mas, tolong sampaikan ke bapak dan ibu, beliau berdua saya ikutkan qurban sapi. Begitupun dengan Mas dan istri.” Seperti mimpi. Niat qurban yang sempat tidak jadi dilakukan karena uang digunakan untuk walimah, Allah ganti dengan cara yang sangat indah. Bukan hanya satu nama, tetapi langsung 3 nama. Saya, bapak dan ibu bisa berqurban tahun ini, karena Allah, melalui hadiah, setelah saya nikah.
Kemudian, tepat sepekan setelah menikah, hutang kepada sahabat itu langsung saya lunasi. Sesuai janji dan memang uangnya sudah ada. ATM saya urus, dan melunasi hutang dari uang di ATM.
Kini, hidup serasa lebih lapang. Meski tahu di depan sana banyak onak duri, rasanya damai karena ada istri yang setia menjadi sahabat sejati dan keluarga yang siap bersinergi. Allah, Maha Menepati Janji. Menikahlah, karena Allah. Maka keajaibanNya, bukan sekedar janji.[]
Note : Dimuat di Majalah Tarbawi Edisi 307, Rubrik Kiat, dengan perubahan dan modifikasi.
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com, Owner Toko Buku Bahagia
Padahal, jika mau jujur, alasan-alasan itu jelaslah tidak terbukti. Apalagi, Allah sudah meyakinkan melalui al-Qur’an, bahwa siapa yang fakir, kemudian menikah, maka Allah akan membuatnya menjadi kaya.
Saya meniatkan untuk nikah di usia 26tahun. Karena pertimbangan mengurus adik yang jumlahnya lumayan banyak. Namun, memasuki usia 25 tahun, kebutuhan untuk menikah semakin terasa. Apalagi, banyak tawaran yang diajukan. Baik oleh ustadz, teman, tetangga dan rekan kerja. Maka, jadilah saya berdoa agar Allah menyegerakan saya untuk menikah, dalam waktu dekat, sebelum usia 26 tahun.
Sempat khawatir terkait dana untuk menikah. Mengurus surat numpang nikah, surat nikahnya sendiri, bawaan, mahar, biaya ketika lamaran, walimah dan lain-lain. Alhamdulillah, setelah niat bulat, Allah membuat hati semakin yakin dengan apa yang sudah saya niatkan. Proses perkenalan berlangsung, hingga akhirnya saya mantap. Tentu, setelah meminta pertimbangan dengan keluarga besar saya.
Keluarga sempat khawatir, karena jauhnya perbedaan usia antara saya dan calon istri. Tapi setelah ikhtiar dan tawakkal, akhirnya keluarga mendukung tanpa tapi. Keluarga tidak bisa banyak membantu dalam hal materi, mereka menyerahkan semuanya kepada saya, utamanya terkait biaya. Untunglah, keluarga calon istri mau menerima usul saya untuk menyederhanakan walimah.
Maka, ditemuilah kata sepakat terkait waktu akad nikah dan walimah setelah kami bersilaturahim ketika khitbah. Jarak antara khitbah dengan menikah itu, hanya sebulan lebih sepekan. Sementara, belum ada uang yang saya genggam. Karena layar sudah dikembangkan, pantang mundur ke belakang.
Alhamdulillah, kedua kakak memberikan bantuan. Meski tidak terlalu banyak, hal itu sudah sangat membantu. Sejak proses khitbah itulah, Allah menepati janjiNya. Jualan buku online saya, yang hanya via fesbuk, mencapai penjualan fantastis. Dalam sebulan itu, omset yang saya terima, melebihi angka 14 juta. Padahal, sebelumnya hanya berkisar 1-3 juta.
Selain hal itu, Allah memudahkan semua proses. Termasuk tawaran-tawaran mobil gratis dari teman liqo’, Murobbi yang sangat antusias membantu dengan sepenuh cinta untuk menjadi perwakilan sambutan dari pihak keluarga kami ketika akad, juga menjadi saksi nikah. Proses kedatangan keluarga ke Jakarta juga dimudahkan. Mulai dari diantarkan oleh Guru SMP saya, sampai dimudahkan di perjalanan berupa tidak macet dan sampai dalam keadaan selamat.
Memang, sempat ada ‘kerikil’ kecil menjelang hari H. ATM saya hilang. Sempat bingung dan tidak berani menyampaikan kepada keluarga apalagi bapak dan ibu. Takut jika mereka khwatir. Namun, saya kira, keterbukaan akan memudahkan segalanya. Akhirnya saya bercerita. Tak disangka-sangka, bapak kemudian mengulurkan ‘tangannya’, “Ini uang bapak, pakai aja. Semoga berkah.”
Masalahnya, uang untuk operasional hari H masih di ATM. Sedangkan kejadian hilang hari Sabtu. Bank sudah tutup. Entah dari mana, pikiran saya tertuju pada seorang sahabat. Saya pun mengirim sms kepadanya, “Bang, ada uang ngangggur, gak? Saya mau pinjam. Pekan depan dikembalikan.” Tak dinyana, sahabat itu langsung menyetujui, “Silahkan ke rumah.” Rumah sahabat itu lumayan jauh. Sempat tidak diijinkan oleh orang tua untuk pergi. Lantaran khawatir dan esok sudah hari H. Alhamdulillah, Bapak dan Ibu akhirnya mengijinkan saya untuk pergi, karena alasan saya, sekalian ngecek ATM, barangkali tertinggal di tempat kost.
Sesampainya di rumah sahabat, uang langsung dikasihkan setelah saya bercerita kronologi kehilangan ATM. Alhamdulillah, Allah memberikan dua kemudahan berupa pinjaman dan pemberian ketika satu kesulitan berupa kehilngan ATM saya alamai. Allah, memang Maha Baik.
Setelah akad terucap, bibir, fikir dan hati hanya bisa mengeja syukur. Karena Allah memudahkan dan semoga melimpahkan keberkahan, ketika hambaNya bersungguh-sungguh menyegerakan melakukan ibadah bernama menikah.
Yang tak kalah mengejutkannya, karena kami menikah di tanggal 8 Dzuhijjah 1434 H, malamnya saya dipanggil oleh adik ipar. Dia berkata, “Mas, tolong sampaikan ke bapak dan ibu, beliau berdua saya ikutkan qurban sapi. Begitupun dengan Mas dan istri.” Seperti mimpi. Niat qurban yang sempat tidak jadi dilakukan karena uang digunakan untuk walimah, Allah ganti dengan cara yang sangat indah. Bukan hanya satu nama, tetapi langsung 3 nama. Saya, bapak dan ibu bisa berqurban tahun ini, karena Allah, melalui hadiah, setelah saya nikah.
Kemudian, tepat sepekan setelah menikah, hutang kepada sahabat itu langsung saya lunasi. Sesuai janji dan memang uangnya sudah ada. ATM saya urus, dan melunasi hutang dari uang di ATM.
Kini, hidup serasa lebih lapang. Meski tahu di depan sana banyak onak duri, rasanya damai karena ada istri yang setia menjadi sahabat sejati dan keluarga yang siap bersinergi. Allah, Maha Menepati Janji. Menikahlah, karena Allah. Maka keajaibanNya, bukan sekedar janji.[]
Note : Dimuat di Majalah Tarbawi Edisi 307, Rubrik Kiat, dengan perubahan dan modifikasi.
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com, Owner Toko Buku Bahagia
1 komentar:
KABAR BAIK! KABAR BAIK!
Untuk mengenalkan diri dengan benar,
Nama saya adalah ibu SUSAN dari [SUSAN BOWMAN LOAN COMPANY]
Saya adalah pemberi pinjaman swasta, perusahaan saya memberikan pinjaman segala jenis dengan suku bunga 2% saja. Ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda, terapkan hari ini dan dapatkan pinjaman cepat Anda.
Ada banyak di luar sana yang mencari peluang atau bantuan keuangan di seluruh tempat dan tetap saja, tapi mereka tidak dapat mendapatkannya. Tapi ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda dan dengan demikian Anda tidak bisa melewatkan kesempatan ini.
Layanan ini membuat individu, perusahaan, pelaku bisnis dan wanita.
Jumlah pinjaman yang tersedia berkisar dari jumlah pilihan Anda untuk informasi lebih lanjut hubungi kami melalui email:
Susanbowmanloancompany@gmail.com
Posting Komentar