Sebagai seorang pendidik, orang tua, bahkan public figure sangat penting sekali bagaimana mengolah kata untuk menyampaikan sesuatu hal agar didengar, diikuti, dan dilaksanakan. Bahkan untuk hal ini banyak orang yang sekolah khusus untuk melatih retorika dan public speaking mereka. Sama sekali tidak salah memang, bahkan itu lebih baik. Akan tetapi ada satu pelajaran berharga yang nampaknya belum pernah saya dapatkan pun saat kuliah public speaking semasa muda dulu.
Berawal dari keluh kesah teman-teman seperjuangan mengajar dan para orang tua dengan anak-anak yang tak juga mengikuti nasihat mereka. Padahal banyak dari mereka yang tak kurang-kurang pengalaman mengajarnya bertahun-tahun bahkan para orang tua yang gelar sarjananya bertumpuk-tumpuk pun mengeluhkan hal itu. Tak perlu banyak waktu untuk peka dengan situasi saat itu, seorang ustadzah senior menguraikan kata demi katanya yang hanya membuat kita semua manggut-manggut di ruang rapat saat itu: “Amalan-amalanmu yang tidak terlihat oleh manusia itulah yang membuat setiap perkataanmu didengar, diikuti, dan dipatuhi.”
Hening sejenak membuat kita saat itu menerawang, meraba-raba, mengingat kembali apakah shalat malam sudah ditunaikan dengan setulus rindu pada-Nya, apakah tilawah sudah dilantunkan sepenuh rasa, apakah infaq yang keluar sudah lebih didahulukan daripada pulsa, dan apakah semua amalan sudah setulus jiwa hanya untuk-Nya, bukan untuk perkataan orang bahwa kita shalih…
Allah-lah yang menguasai hati-hati manusia dan Allah lah pula yang akan membolak-balikkannya. Seberapa lihai pun kita berorasi, beretorika, berceramah, tak kan mampu menundukkan hati tanpa kehendak-Nya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu".(HR.Muslim)
Wallahu a’lam bish shawab. [Gresia Divi]
Berawal dari keluh kesah teman-teman seperjuangan mengajar dan para orang tua dengan anak-anak yang tak juga mengikuti nasihat mereka. Padahal banyak dari mereka yang tak kurang-kurang pengalaman mengajarnya bertahun-tahun bahkan para orang tua yang gelar sarjananya bertumpuk-tumpuk pun mengeluhkan hal itu. Tak perlu banyak waktu untuk peka dengan situasi saat itu, seorang ustadzah senior menguraikan kata demi katanya yang hanya membuat kita semua manggut-manggut di ruang rapat saat itu: “Amalan-amalanmu yang tidak terlihat oleh manusia itulah yang membuat setiap perkataanmu didengar, diikuti, dan dipatuhi.”
Hening sejenak membuat kita saat itu menerawang, meraba-raba, mengingat kembali apakah shalat malam sudah ditunaikan dengan setulus rindu pada-Nya, apakah tilawah sudah dilantunkan sepenuh rasa, apakah infaq yang keluar sudah lebih didahulukan daripada pulsa, dan apakah semua amalan sudah setulus jiwa hanya untuk-Nya, bukan untuk perkataan orang bahwa kita shalih…
Allah-lah yang menguasai hati-hati manusia dan Allah lah pula yang akan membolak-balikkannya. Seberapa lihai pun kita berorasi, beretorika, berceramah, tak kan mampu menundukkan hati tanpa kehendak-Nya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu".(HR.Muslim)
Wallahu a’lam bish shawab. [Gresia Divi]
0 komentar:
Posting Komentar