Judul : Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia
Penulis : Tim Penulis Majlis Ulama Indonesia
Penerbit : Nashirus Sunnah - Jakarta
Tebal : 152 Halaman ; 11,5 x 17,5 cm
Cetakan : I, November 2013
ISBN : 978-602-7734-44-9
Pertempuran abadi antara kebaikan dan keburukan akan terus berlangsung hingga kiamat menjelang. Pertempuran-pertempuran ini terjadi dalam banyak bidang, dengan berbagai medan. Mulai aqidah, ideologi, politik, ekonomi, budaya, dan seterusnya. Sehingga, kaum muslimin di segala lapis kehidupan, harus terus bersiap siaga sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tentu, dalam hal ini, semua perjuangan kaum muslimin di segala lini, harus didukung. Hingga kelak, Islam kembali berjaya dan memimpin dunia.
Satu diantara jenis pertempuran ini adalah terkait perang aqidah. Di negeri ini, hal tersebut semakin menggejala dengan bermunculannya aliran-aliran sesat yang mengaku sebagai bagian dari Islam. Mulai nabi Mushadeq yang ditangkap polisi di bilangan Depok Jawa Barat, ‘Malaikat’ Lia Eden yang meringkuk di jeruji besi, hingga bermacam aliran sesat yang mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Yang tak kalah bahayanya adalah aliran Syi’ah. Di mana mereka mengaku sebagai Islam dan merupakan pemegang otoritas akan keontetikan Islam yang sebenarnya. Jika dibiarkan, faham ini bisa merusak tatanan Islam itu sendiri kemudian mengganti Islam dengan faham Syi’ah. Jika ini terjadi, tidak menutup kemungkinan, negeri ini akan bernasib serupa dengan Iran dan Suriah. Di mana di kedua negara dengan pemimpin Syi’ah itu, darah kaum muslimin dengan mudah ditumpahkan dengan dalih pemberontak, teroris dan sebutan keji lainnya.
Jika merunut kepada angka sejarah, sejatinya Syi’ah Ali yang pertama ada merupakan generasi sahabat yang sholih. Mereka tidak bertentangan dengan apa yang Rasulullah ajarkan dan tidak pernah memprotes apa yang ada dalam al-Qur’an. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ketika fitnah mulai menggerogoti semua sendi kehidupan kaum muslimin, Syi’ah bertransformasi menjadi Syi’ah Rafidhah yang sangat bertolak belakang dengan Syi’ah Ali.
Saking bahayanya, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Syi’ah Rafidhah ini lebih berbahaya dibanding dengan Nasrani dan Yahudi. Jika Nasrani dan Yahudi berada di luar Islam, maka Syi’ah Rafidhah ini menyelinap dan mengklaim diri sebagai bagian dari Islam. Ini, semacam serigala yang berbulu domba. Mirisnya, golongan ini suka bermanis muka ketika menjadi minoritas, dan bermuka durjana ketika sudah menjadi mayoritas.
Setidaknya, ada 5 kesesatan Syi’ah Rafidhah yang ada di Indonesia dan seluruh dunia saat ini. Pertama, mereka meragukan orisinilitas al-Qur’an. Dalam faham mereka, al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin saat ini merupakan al-Qur’an palsu. Dalam pemahaman mereka, al-Qur’an asli hanya diwariskan dari Jibril kepada Ali bin Abi Thalib. Kelak, menurut pemahaman mereka pula, Ali bin Abi Thalib akan diturunkan di akhir zaman dengan membawa transkrip asli al-Qur’an yang orisinil, langsung dari Allah.
Kedua, mereka salah memahami tentang Ahli Bait dan mencaci maki sahabat. Ini bukan barang aneh bagi mereka. Bahkan, kebencian mereka kepada Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan sangat besar. Ketiga sahabat mulia ini, dianggap telah tersesat. Dalam pemahaman sesat mereka, diyakini bahwa ketiga khalifah tersebut, merebut otoritas yang seharusnya diberikan kepada Ali bin Abi Thalib. Dalam tahap kronis akut, ada yang membenci Rasulullah dan mengklaim bahwa Jibril salah alamat dalam menyampaikan wahyu. Yang lebih parah, ada yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib dan Imam-imam sepeninggalnya, tak ubahnya Tuhan yang berhak mengatur segala hal terkait peribadahan mereka. Ini hanya klaim sesat, karena Ali bin Abi Thalib sendiri, tidak pernah merasa lebih hebat dari ketiga sahabat pendahulunya, apalagi merasa lebih baik dari Rasulullah.
Ketiga, selain mencaci maki sahabat, mereka menganggap kafir kaum muslimin. Sehingga, ketika menjadi mayoritas, mereka dengan mudah membunuh siapa saja yang bertolak faham dengannya. Bagi mereka, darah kaum muslimin halal ditumpahkan, dengan alasan apapun. Inilah yang terjadi saat ini di Suriah, dimana Presidennya merupakan salah satu penganut Syi’ah. Bahkan, banyak ditemui kaum muslimin di Suriah dipaksa untuk menyembah Bashar Asad, karena dia mengklaim diri sebagai Tuhan.
Keempat, mereka memandang bahwa Imam Syi’ah memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Rasul bahkan Malaikat. Sebagimana disampaikan oleh Khumaini, salah satu orang yang dianggap Imam oleh Syi’ah. Dia berujar, “Dan termasuk para Imam kita mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin ataupun nabi yang diutus.” (Hal 76 sebagaimana dikutip dari buku Khumaini yang berjudul al-Hukumat al-Islamiyah hal 52). Termasuk di dalamnya, disebutkan bahwa siapa yang tidak mempercayai kedudukan mulia para Imam, maka dia telah dinyatakan kafir.
Kelima, Syi’ah menganggap bahwa kawin kontrak (Mut’ah) itu halal. Parahnya, mereka memandang kawin kontrak ini sebagai sebuah kemuliaan bagi siapa yang melakukannya. Lebih bejat lagi, mereka membolehkan kawin kontrak kepada semua wanita. Baik yang perawan, sedang bersuami, janda maupu pelacur. Di Indonesia, banyak basis-basis Syi’ah yang sudah menyediakan wanita-wanita untuk dimut’ah dengan tarif tertentu. Mulai yang perjam, perhari, perpekan, perbulan bahkan pertahun ataupun bertahun-tahun. Wanita-wanita itu tidak hanya berasal dari dalam negeri. Melainkan dari negeri-negeri Syi’ah semacam Iran, Suriah, dan seterusnya.
Diantara contoh kesesatan Syi’ah, nampak jelas pada beberapa hal lain. Sebut saja tentang Rukun Islam, mereka meyakini 5 rukun yang meliputi : Shalat, Shaum, Zakat, Haji dan Wilayah. Dalam hal ini, mereka membolehkan berbohong di negara yang bukan wilayah Syi’ah, mereka juga membolehkan mengqashar shalat ketika tidak sedang berada di wilayah Syi’ah.
Terkait rukun Iman, mereka hanya meyakini 5 rukun. Yaitu Tauhid, Nubuwwah, Imamah, al-Adl dan al-Ma’ad. Sedangkan terkait Syahadat, mereka memiliki 3 kalimat Syahadat ditambah dengan menyebut kedua belas Imam mereka.
Kita juga bisa menelusuri sejarah konflik antara Syi’ah dan Islam, mulai dari pembakaran Ponpes al-hadi di Batang Jawa Tengah pada tahun 2000 sampai dengan konflik di Omben Sampang pada tanggal 26 Agustus 2012.
Di Indonesia, Syi’ah memiliki 5 poros penyebaran. Pertama, poros Jakarta di Islamic Cultural Center (ICC) yang berkantor di Jalan Buncit Raya Kav.35 Pejaten Barat Jaksel. ICC ini membawai 18 lembaga Syi’ah yang tersebar di seluruh Jabodetabek. Kedua, poros Pekalongan-Semarang. Pusat komando poros kedua ini ada di Yayasan Nurul Tsaqalain di Jalan Boom Lama No.2 Semarang Utara. Sedangkan di Pekalongan, pusat komando ada di Ponpes al-Hadi yang didirikan tahun 1988 di Jalan Agus Salim Gang 5 Nomor 4 RT. 1 RW.3 Kelurahan Klego, Kota Pekalongan Jawa Tengah.
Ketiga, poros Yogyakarta yang dikomandoi di Yayasan Rausyan Fikr. Komunitas ini juga aktif menyebarkan Syi’ah melalui perkumpulan Al-Amin. Keempat, poros Bangil dan Pasuruan. Pusatnya ada di Ponpes YAPI Bangil dan Yayasan al-Itrah di Pasuruan. Di Jawa Timur sendiri, ada 17 lembaga Syi’ah yang tersebar di Probolinggo, Surabaya, Jember, Bangil, Pasuruan, Malang dan Bondowoso.
Kelima, poros Bandung. Di Kota Kembang ini, motor penggeraknya adalah Jalaludin Rakhmat yang merupakan calon anggota DPR RI Dapil Jawa Barat dari PDIP pada pemilu 2014 mendatang. Dia bergerak melalui IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia). Di bawah IJABI ini, ada sekitar 12 lembaga Syi’ah yang tersebar di Purwakarta, Tasikmalaya, Kota/Kabupaten Bandung, Cirebon dan Majalengka.
Selain itu, penyebarab Syi’ah juga dilakukan melalui organisasi Syi’ah berkelas nasional, lembaga Syi’ah di luar Jawa, situs-situs komunitas Syi’ah, Radio/TV Syi’ah, Lembaga Penerbitan Syi’ah dan 10 sayap Yayasan Syi’ah lengkap dengan sepak terjang mereka.
Sebagai akhir dan merupakan rekomendasi, kita disuguhi dengan kesepakatan Ulama’ Indonesia tentang kesesatan Syi’ah. Selain fatwa MUI ini, kita semakin diperjelas dengan pendapat Ulama’-ulama’ pendiri bangsa ini. Seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Prof. DR. Hamka, Dr. Muhammad Natsir dan KH. Hasan Basri.
Kesemua Ulama’ robbani itu, bersepakat dalam satu kata bahwa Syi’ah sesat. Mereka bukan bagian dari Islam. Sehingga, yang harus kita lakukan sekarang adalah, membuang Syi’ah pada tempatnya.[]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Penulis : Tim Penulis Majlis Ulama Indonesia
Penerbit : Nashirus Sunnah - Jakarta
Tebal : 152 Halaman ; 11,5 x 17,5 cm
Cetakan : I, November 2013
ISBN : 978-602-7734-44-9
Pertempuran abadi antara kebaikan dan keburukan akan terus berlangsung hingga kiamat menjelang. Pertempuran-pertempuran ini terjadi dalam banyak bidang, dengan berbagai medan. Mulai aqidah, ideologi, politik, ekonomi, budaya, dan seterusnya. Sehingga, kaum muslimin di segala lapis kehidupan, harus terus bersiap siaga sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tentu, dalam hal ini, semua perjuangan kaum muslimin di segala lini, harus didukung. Hingga kelak, Islam kembali berjaya dan memimpin dunia.
Satu diantara jenis pertempuran ini adalah terkait perang aqidah. Di negeri ini, hal tersebut semakin menggejala dengan bermunculannya aliran-aliran sesat yang mengaku sebagai bagian dari Islam. Mulai nabi Mushadeq yang ditangkap polisi di bilangan Depok Jawa Barat, ‘Malaikat’ Lia Eden yang meringkuk di jeruji besi, hingga bermacam aliran sesat yang mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Yang tak kalah bahayanya adalah aliran Syi’ah. Di mana mereka mengaku sebagai Islam dan merupakan pemegang otoritas akan keontetikan Islam yang sebenarnya. Jika dibiarkan, faham ini bisa merusak tatanan Islam itu sendiri kemudian mengganti Islam dengan faham Syi’ah. Jika ini terjadi, tidak menutup kemungkinan, negeri ini akan bernasib serupa dengan Iran dan Suriah. Di mana di kedua negara dengan pemimpin Syi’ah itu, darah kaum muslimin dengan mudah ditumpahkan dengan dalih pemberontak, teroris dan sebutan keji lainnya.
Jika merunut kepada angka sejarah, sejatinya Syi’ah Ali yang pertama ada merupakan generasi sahabat yang sholih. Mereka tidak bertentangan dengan apa yang Rasulullah ajarkan dan tidak pernah memprotes apa yang ada dalam al-Qur’an. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ketika fitnah mulai menggerogoti semua sendi kehidupan kaum muslimin, Syi’ah bertransformasi menjadi Syi’ah Rafidhah yang sangat bertolak belakang dengan Syi’ah Ali.
Saking bahayanya, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Syi’ah Rafidhah ini lebih berbahaya dibanding dengan Nasrani dan Yahudi. Jika Nasrani dan Yahudi berada di luar Islam, maka Syi’ah Rafidhah ini menyelinap dan mengklaim diri sebagai bagian dari Islam. Ini, semacam serigala yang berbulu domba. Mirisnya, golongan ini suka bermanis muka ketika menjadi minoritas, dan bermuka durjana ketika sudah menjadi mayoritas.
Setidaknya, ada 5 kesesatan Syi’ah Rafidhah yang ada di Indonesia dan seluruh dunia saat ini. Pertama, mereka meragukan orisinilitas al-Qur’an. Dalam faham mereka, al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin saat ini merupakan al-Qur’an palsu. Dalam pemahaman mereka, al-Qur’an asli hanya diwariskan dari Jibril kepada Ali bin Abi Thalib. Kelak, menurut pemahaman mereka pula, Ali bin Abi Thalib akan diturunkan di akhir zaman dengan membawa transkrip asli al-Qur’an yang orisinil, langsung dari Allah.
Kedua, mereka salah memahami tentang Ahli Bait dan mencaci maki sahabat. Ini bukan barang aneh bagi mereka. Bahkan, kebencian mereka kepada Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan sangat besar. Ketiga sahabat mulia ini, dianggap telah tersesat. Dalam pemahaman sesat mereka, diyakini bahwa ketiga khalifah tersebut, merebut otoritas yang seharusnya diberikan kepada Ali bin Abi Thalib. Dalam tahap kronis akut, ada yang membenci Rasulullah dan mengklaim bahwa Jibril salah alamat dalam menyampaikan wahyu. Yang lebih parah, ada yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib dan Imam-imam sepeninggalnya, tak ubahnya Tuhan yang berhak mengatur segala hal terkait peribadahan mereka. Ini hanya klaim sesat, karena Ali bin Abi Thalib sendiri, tidak pernah merasa lebih hebat dari ketiga sahabat pendahulunya, apalagi merasa lebih baik dari Rasulullah.
Ketiga, selain mencaci maki sahabat, mereka menganggap kafir kaum muslimin. Sehingga, ketika menjadi mayoritas, mereka dengan mudah membunuh siapa saja yang bertolak faham dengannya. Bagi mereka, darah kaum muslimin halal ditumpahkan, dengan alasan apapun. Inilah yang terjadi saat ini di Suriah, dimana Presidennya merupakan salah satu penganut Syi’ah. Bahkan, banyak ditemui kaum muslimin di Suriah dipaksa untuk menyembah Bashar Asad, karena dia mengklaim diri sebagai Tuhan.
Keempat, mereka memandang bahwa Imam Syi’ah memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Rasul bahkan Malaikat. Sebagimana disampaikan oleh Khumaini, salah satu orang yang dianggap Imam oleh Syi’ah. Dia berujar, “Dan termasuk para Imam kita mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin ataupun nabi yang diutus.” (Hal 76 sebagaimana dikutip dari buku Khumaini yang berjudul al-Hukumat al-Islamiyah hal 52). Termasuk di dalamnya, disebutkan bahwa siapa yang tidak mempercayai kedudukan mulia para Imam, maka dia telah dinyatakan kafir.
Kelima, Syi’ah menganggap bahwa kawin kontrak (Mut’ah) itu halal. Parahnya, mereka memandang kawin kontrak ini sebagai sebuah kemuliaan bagi siapa yang melakukannya. Lebih bejat lagi, mereka membolehkan kawin kontrak kepada semua wanita. Baik yang perawan, sedang bersuami, janda maupu pelacur. Di Indonesia, banyak basis-basis Syi’ah yang sudah menyediakan wanita-wanita untuk dimut’ah dengan tarif tertentu. Mulai yang perjam, perhari, perpekan, perbulan bahkan pertahun ataupun bertahun-tahun. Wanita-wanita itu tidak hanya berasal dari dalam negeri. Melainkan dari negeri-negeri Syi’ah semacam Iran, Suriah, dan seterusnya.
Diantara contoh kesesatan Syi’ah, nampak jelas pada beberapa hal lain. Sebut saja tentang Rukun Islam, mereka meyakini 5 rukun yang meliputi : Shalat, Shaum, Zakat, Haji dan Wilayah. Dalam hal ini, mereka membolehkan berbohong di negara yang bukan wilayah Syi’ah, mereka juga membolehkan mengqashar shalat ketika tidak sedang berada di wilayah Syi’ah.
Terkait rukun Iman, mereka hanya meyakini 5 rukun. Yaitu Tauhid, Nubuwwah, Imamah, al-Adl dan al-Ma’ad. Sedangkan terkait Syahadat, mereka memiliki 3 kalimat Syahadat ditambah dengan menyebut kedua belas Imam mereka.
Kita juga bisa menelusuri sejarah konflik antara Syi’ah dan Islam, mulai dari pembakaran Ponpes al-hadi di Batang Jawa Tengah pada tahun 2000 sampai dengan konflik di Omben Sampang pada tanggal 26 Agustus 2012.
Di Indonesia, Syi’ah memiliki 5 poros penyebaran. Pertama, poros Jakarta di Islamic Cultural Center (ICC) yang berkantor di Jalan Buncit Raya Kav.35 Pejaten Barat Jaksel. ICC ini membawai 18 lembaga Syi’ah yang tersebar di seluruh Jabodetabek. Kedua, poros Pekalongan-Semarang. Pusat komando poros kedua ini ada di Yayasan Nurul Tsaqalain di Jalan Boom Lama No.2 Semarang Utara. Sedangkan di Pekalongan, pusat komando ada di Ponpes al-Hadi yang didirikan tahun 1988 di Jalan Agus Salim Gang 5 Nomor 4 RT. 1 RW.3 Kelurahan Klego, Kota Pekalongan Jawa Tengah.
Ketiga, poros Yogyakarta yang dikomandoi di Yayasan Rausyan Fikr. Komunitas ini juga aktif menyebarkan Syi’ah melalui perkumpulan Al-Amin. Keempat, poros Bangil dan Pasuruan. Pusatnya ada di Ponpes YAPI Bangil dan Yayasan al-Itrah di Pasuruan. Di Jawa Timur sendiri, ada 17 lembaga Syi’ah yang tersebar di Probolinggo, Surabaya, Jember, Bangil, Pasuruan, Malang dan Bondowoso.
Kelima, poros Bandung. Di Kota Kembang ini, motor penggeraknya adalah Jalaludin Rakhmat yang merupakan calon anggota DPR RI Dapil Jawa Barat dari PDIP pada pemilu 2014 mendatang. Dia bergerak melalui IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia). Di bawah IJABI ini, ada sekitar 12 lembaga Syi’ah yang tersebar di Purwakarta, Tasikmalaya, Kota/Kabupaten Bandung, Cirebon dan Majalengka.
Selain itu, penyebarab Syi’ah juga dilakukan melalui organisasi Syi’ah berkelas nasional, lembaga Syi’ah di luar Jawa, situs-situs komunitas Syi’ah, Radio/TV Syi’ah, Lembaga Penerbitan Syi’ah dan 10 sayap Yayasan Syi’ah lengkap dengan sepak terjang mereka.
Sebagai akhir dan merupakan rekomendasi, kita disuguhi dengan kesepakatan Ulama’ Indonesia tentang kesesatan Syi’ah. Selain fatwa MUI ini, kita semakin diperjelas dengan pendapat Ulama’-ulama’ pendiri bangsa ini. Seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Prof. DR. Hamka, Dr. Muhammad Natsir dan KH. Hasan Basri.
Kesemua Ulama’ robbani itu, bersepakat dalam satu kata bahwa Syi’ah sesat. Mereka bukan bagian dari Islam. Sehingga, yang harus kita lakukan sekarang adalah, membuang Syi’ah pada tempatnya.[]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
0 komentar:
Posting Komentar