Mentari semakin menyengat. Beberapa pepohonan yang terletak di sekitar alun-alun sebuah kabupaten di sudut utara Jawa Tengah itu tak cukup meneduhakan. Pemanasan global memang mulai terasa sejak beberapa tahun terakhir. Faris baru saja mengakhiri acara yang diselenggarakan oleh Bupati di Pendopo dalam rangka hari Anak Nasional. Ia diundang sebagai juara I Siswa Teladan tingkat Kabupaten tahun itu.
Dalam acara itu, Ia menerima penghargaan dan uang tunai dari Bupati. Berangkat dari sekolah sendirian dengan angkot. Semua dibiayai. Bahkan uang tunai yang diberikan jumlahnya tidaklah sedikit. Ia juga diberi menu makan siang ‘tingkat kabupaten’ dalam bentuk box. Gede. Seumur-umur, belum pernah pemuda kurus itu memakan nasi box dalam bentuk sebesar dan semewah itu.
Berhubung Dhuhur telah memanggil, maka ia beranjak ke masjid yang terletak sekitar 200 meter dari Pendopo. Kebetulan acara selesai sesaat sebelum masuk waktu Dhuhur. Iapun beregas memenuhi panggilan Allah dengan menenteng rampasan perang yang akan dinikmatinya selepas shalat.
Alhamdulillah, setelah sholat ia merasakan damai. Sejuk yang mendominasi. Sebelum menyantap menu yang telah tersaji, ia sempatkan untuk menikmati ‘sajian’ dari Allah, tilawah. Cuma beberapa lembar untuk menambah nutrisi bagi ruhani.
Setelah itu, ia langsung menuju ke emperan masjid. Dekat tempat parker sepatu. Dengan Bismillah, bungkusan mewah itu siap untuk dibuka dan kemudian dimasukkannya ke dalam lambung, untuk menghentikan konser keroncongan yang sedari tadi bergema.
Namun, dari jarak 5 meter, ia melihat sesosok kumal menenteng sebuah karung besar warna putih. Pemulung. Hati yang baru saja dibasahi dengan sholat dan tilawah itu menggerakkan mulutnya untuk memanggil sosok itu, “Bu,“ sapanya sembari memberi isyarat mata agar beliau mendekat. Dengan senyum, Ia mengulurkan bungkusan yang masih utuh itu, “Buat makan ya Bu. Semoga bermanfaat.” Beliau berlalu dengan senyum kepuasan.
Ia memang belum siang kala itu, tapi bisa jadi ibu itu belum makan dalam beberapa hari terakhir. Akhirnya, Ia pulang berteman musik keroncongan hingga sampai di kantin sekolah, sekitar dua jam kemudian. [Pirman]
Dalam acara itu, Ia menerima penghargaan dan uang tunai dari Bupati. Berangkat dari sekolah sendirian dengan angkot. Semua dibiayai. Bahkan uang tunai yang diberikan jumlahnya tidaklah sedikit. Ia juga diberi menu makan siang ‘tingkat kabupaten’ dalam bentuk box. Gede. Seumur-umur, belum pernah pemuda kurus itu memakan nasi box dalam bentuk sebesar dan semewah itu.
Berhubung Dhuhur telah memanggil, maka ia beranjak ke masjid yang terletak sekitar 200 meter dari Pendopo. Kebetulan acara selesai sesaat sebelum masuk waktu Dhuhur. Iapun beregas memenuhi panggilan Allah dengan menenteng rampasan perang yang akan dinikmatinya selepas shalat.
Alhamdulillah, setelah sholat ia merasakan damai. Sejuk yang mendominasi. Sebelum menyantap menu yang telah tersaji, ia sempatkan untuk menikmati ‘sajian’ dari Allah, tilawah. Cuma beberapa lembar untuk menambah nutrisi bagi ruhani.
Setelah itu, ia langsung menuju ke emperan masjid. Dekat tempat parker sepatu. Dengan Bismillah, bungkusan mewah itu siap untuk dibuka dan kemudian dimasukkannya ke dalam lambung, untuk menghentikan konser keroncongan yang sedari tadi bergema.
Namun, dari jarak 5 meter, ia melihat sesosok kumal menenteng sebuah karung besar warna putih. Pemulung. Hati yang baru saja dibasahi dengan sholat dan tilawah itu menggerakkan mulutnya untuk memanggil sosok itu, “Bu,“ sapanya sembari memberi isyarat mata agar beliau mendekat. Dengan senyum, Ia mengulurkan bungkusan yang masih utuh itu, “Buat makan ya Bu. Semoga bermanfaat.” Beliau berlalu dengan senyum kepuasan.
Ia memang belum siang kala itu, tapi bisa jadi ibu itu belum makan dalam beberapa hari terakhir. Akhirnya, Ia pulang berteman musik keroncongan hingga sampai di kantin sekolah, sekitar dua jam kemudian. [Pirman]
0 komentar:
Posting Komentar