Menjadi seorang guru kadang kala seperti menjadi seorang dokter. Terutama ketika rapotan, orang tua akan berkonsultasi dengan guru, begitu juga sebaliknya. Seorang guru juga akan mencari informasi sedetail-detailnya tentang perkembangan ananda baik di rumah atau pun di sekolah.
Beberapa keluhan yang sering saya dapatkan ketika konsultasi adalah ketika seorang anak usia dini mudah sekali marah-marah yang tak wajar sampai membanting apa saja yang ada di sekitarnya atau teriak kencang-kencang bahkan memukul. Dalam pengamatan saya mendapati beberapa anak didik yang memiliki kasus serupa, orang tua tidak perlu panik dengan hal ini. Anak usia dini, seusia play group atau TK berada pada masa penuntasan sensorial mereka terutama taktil (perabaan). Jika hal ini belum tuntas, tidak salah jika mereka memang sulit sekali untuk konsentrasi, membaca, apalagi menulis. Selain itu, emosi mereka juga sulit sekali terkontrol. Bagaimana bisa begitu?
Orang buta dan tuli masih bisa survive dengan perabaan mereka. Sedangkan orang yang tidak memiliki tangan dan kaki, mereka akan sulit melakukan banyak hal. Itulah mengapa perabaan anak harus dituntaskan terlebih dahulu karena penglihatan dan pendengaran dapat diwakili dengan perabaan. Selain itu, sistem pengendalian saraf pusat anak sedang dalam proses perkembangan agar dapat disimpan otak dalam jangka panjang. Aspek yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf pusat salah satunya adalah taktil (perabaan) ini. Sulitnya membaca, menulis, dan emosi yang sulit dikendalikan kemungkinan besar karena taktil yang belum tuntas.
Itulah mengapa anak-anak yang belum tuntas sensorial perabaannya sangat senang sekali ketika melihat air atau pun pasir. Entah itu genangan air atau air di bak mandi sekali pun. Anda pasti juga sering melihat anak-anak yang senang sekali bermain pasir, tidak peduli itu membahayakan kesehatannya atau tidak. Semua itu alamiah bagi anak-anak. Bagi orang tua dan pedidik sudah seharusnyalah kita mengetahui akan hal ini agar kita tidak “mendzolimi”anak karena kebodohan kita sendiri. Ketika kita melarang anak bermain kotor, ketika itu pula kita melarang mereka untuk berkembang lebih baik. Pasti karena alasan kesehatan dan kerepotan.
Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menuntaskan taktil anak dengan tetap menjaga kesehatan mereka?
1. Berenang
Sebaiknya kita mengganti kesenangan anak bermain genangan air dengan berenang. Banyak hal yang bisa diajarkan ketika anak bermain air di kolam renang. Selain mengajarkan renang, kita juga bisa mengajarkan berwudhu kepada mereka.
2. Bermain Pasir Putih
Hal yang kita khawatirkan ketika anak bermain pasir adalah tentang kesehatan mereka. Kita bisa menggunakan pasir putih untuk memperkecil kemungkinan cacingan dan gangguan kesehatan lainnya.
3. Bermain plastisin, tanah liat, lem, dan sejenisnya.
Satu hal yang perlu diingat, ketika anak bermain kotor, ketika itu pula mereka belajar. Jika mereka kotor setelah bermain, kita bisa mengajarkan kebersihan dengan mengajak mereka membersihkan diri. Jika bisa dibersihkan, mengapa kita panik? Selamat mencoba!
Wallahua’lam bish showab. [Gresia Divi]
Beberapa keluhan yang sering saya dapatkan ketika konsultasi adalah ketika seorang anak usia dini mudah sekali marah-marah yang tak wajar sampai membanting apa saja yang ada di sekitarnya atau teriak kencang-kencang bahkan memukul. Dalam pengamatan saya mendapati beberapa anak didik yang memiliki kasus serupa, orang tua tidak perlu panik dengan hal ini. Anak usia dini, seusia play group atau TK berada pada masa penuntasan sensorial mereka terutama taktil (perabaan). Jika hal ini belum tuntas, tidak salah jika mereka memang sulit sekali untuk konsentrasi, membaca, apalagi menulis. Selain itu, emosi mereka juga sulit sekali terkontrol. Bagaimana bisa begitu?
Orang buta dan tuli masih bisa survive dengan perabaan mereka. Sedangkan orang yang tidak memiliki tangan dan kaki, mereka akan sulit melakukan banyak hal. Itulah mengapa perabaan anak harus dituntaskan terlebih dahulu karena penglihatan dan pendengaran dapat diwakili dengan perabaan. Selain itu, sistem pengendalian saraf pusat anak sedang dalam proses perkembangan agar dapat disimpan otak dalam jangka panjang. Aspek yang mempengaruhi perkembangan sistem saraf pusat salah satunya adalah taktil (perabaan) ini. Sulitnya membaca, menulis, dan emosi yang sulit dikendalikan kemungkinan besar karena taktil yang belum tuntas.
Itulah mengapa anak-anak yang belum tuntas sensorial perabaannya sangat senang sekali ketika melihat air atau pun pasir. Entah itu genangan air atau air di bak mandi sekali pun. Anda pasti juga sering melihat anak-anak yang senang sekali bermain pasir, tidak peduli itu membahayakan kesehatannya atau tidak. Semua itu alamiah bagi anak-anak. Bagi orang tua dan pedidik sudah seharusnyalah kita mengetahui akan hal ini agar kita tidak “mendzolimi”anak karena kebodohan kita sendiri. Ketika kita melarang anak bermain kotor, ketika itu pula kita melarang mereka untuk berkembang lebih baik. Pasti karena alasan kesehatan dan kerepotan.
Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menuntaskan taktil anak dengan tetap menjaga kesehatan mereka?
1. Berenang
Sebaiknya kita mengganti kesenangan anak bermain genangan air dengan berenang. Banyak hal yang bisa diajarkan ketika anak bermain air di kolam renang. Selain mengajarkan renang, kita juga bisa mengajarkan berwudhu kepada mereka.
2. Bermain Pasir Putih
Hal yang kita khawatirkan ketika anak bermain pasir adalah tentang kesehatan mereka. Kita bisa menggunakan pasir putih untuk memperkecil kemungkinan cacingan dan gangguan kesehatan lainnya.
3. Bermain plastisin, tanah liat, lem, dan sejenisnya.
Satu hal yang perlu diingat, ketika anak bermain kotor, ketika itu pula mereka belajar. Jika mereka kotor setelah bermain, kita bisa mengajarkan kebersihan dengan mengajak mereka membersihkan diri. Jika bisa dibersihkan, mengapa kita panik? Selamat mencoba!
Wallahua’lam bish showab. [Gresia Divi]
0 komentar:
Posting Komentar