Ketika Orangtua Justru Durhaka kepada Anaknya
Kita banyak mnemukan anak yg Ingkar kpd Orgtuanya bahkan jengkel kepada mereka jk tdk prnah sjalan dg kemauan orangtua. Jk anak tdk mengerjakan perintah, otak kita yg telah terisi oleh akumulasi ilmu pengetahuan agama sejak anak2 dulu hingga skrg mjd orangtua, mgkn lgsg mmberikan perintah kpd tangan untk memukul & mulut untuk mgucapkan kata2 makian..., celaan & umpatan. Kondisi ini perlu diwaspadai bila tindakan & ucapan dr perintah otak itu sdh turun ke hati & mjd sebuah keyakinan lalu memunculkan sebuah kesimpulan, bahwa sang anak tlh durhaka kpd orangtua. Semoga tdk trjadi pd kita.
Anakku, mana baktimu? Statemen sprti ini sering membangun pmahaman yg tidak berimbang pd orangtua. Mereka selalu menuntut agar hak agama ini terpenuhi dan bila tidak terpenuhi selalu anak yg disalahkan.
Memang benar, berbakti kpd orangtua adlh kewajiban bg anak & durhaka kpd orangtua adlh salah satu dosa besar yg trbesar. Tetapi jgn lupa bhwa Islam tdk melihat 1 sisi sj lalu melalaikan sisi lain. Islam jg mewajibkan bg orangtua untuk berbuat baik kpd anak2nya, & juga tdk durhaka kpd mereka.
Seseorang prnah dtg kpd Umar bin Khoththob Radhiyallahu 'Anhu & mengadukan anaknya, “Anakku ini benar2 telah durhaka kepadaku.”
“Apakah engkau tdk takut kepada Allah dg durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adlh hak orangtua,” kata Umar kepada sang anak.
“Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”
“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yg baik, memberi nama yg bagus, & mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”
“Demi Allah, ayahku tdk memilihkan ibu yg baik. Ibuku adlh hamba sahaya jelek berkulit hitam yg dibelinya dr pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yg baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia jg tdk mengajarkan Al-Quran kpdku kecuali 1 ayat sj.” Ju’al adlh sjenis kumbang yg selalu bergumul pd kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yg berkulit hitam & berparas jelek atau orang yg emosional. [Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977]
Umar menoleh ke sang ayah & berkata, “Engkau mengatakan anakmu tlh durhaka kpdmu tetapi engkau tlh durhaka kpdnya sbelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dr hadapanku!.” [As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130]
Ibnul Qayyim berkata, “Siapa yg mengabaikan pendidikan yg bermanfaat untuk anaknya & membiarkannya begitu sj, maka ia tlh mlakukan `tindakan trburuk thd anaknya itu. Kerusakan anak2 itu kebanyakan bersumber dr orangtua yg membiarkan mereka & tdk mgajarkan kwajiban2 & sunnah diin ini kpd mreka. Mereka tdk mmperhatikan masalah2 agama tsb saat masih kecil, shg saat sdh besar mereka sulit meraih manfaat dari pelajaran agama dan tidak bisa memberikan manfaat bg orangtua mereka.” [Tuhfatul Maudud, I: 229]
Karena itu, jgn seenaknya mencela anak. Ada banyak hak anak atas orangtuanya. Bila salah satu sisinya diabaikan, lalu anak menjadi bandel, menyimpang, & keras kepala, ada kemungkinan kita tdk memperhatikan sisi tsb...
Nas'alullaha lanaa wa lakum......
Kita banyak mnemukan anak yg Ingkar kpd Orgtuanya bahkan jengkel kepada mereka jk tdk prnah sjalan dg kemauan orangtua. Jk anak tdk mengerjakan perintah, otak kita yg telah terisi oleh akumulasi ilmu pengetahuan agama sejak anak2 dulu hingga skrg mjd orangtua, mgkn lgsg mmberikan perintah kpd tangan untk memukul & mulut untuk mgucapkan kata2 makian..., celaan & umpatan. Kondisi ini perlu diwaspadai bila tindakan & ucapan dr perintah otak itu sdh turun ke hati & mjd sebuah keyakinan lalu memunculkan sebuah kesimpulan, bahwa sang anak tlh durhaka kpd orangtua. Semoga tdk trjadi pd kita.
Anakku, mana baktimu? Statemen sprti ini sering membangun pmahaman yg tidak berimbang pd orangtua. Mereka selalu menuntut agar hak agama ini terpenuhi dan bila tidak terpenuhi selalu anak yg disalahkan.
Memang benar, berbakti kpd orangtua adlh kewajiban bg anak & durhaka kpd orangtua adlh salah satu dosa besar yg trbesar. Tetapi jgn lupa bhwa Islam tdk melihat 1 sisi sj lalu melalaikan sisi lain. Islam jg mewajibkan bg orangtua untuk berbuat baik kpd anak2nya, & juga tdk durhaka kpd mereka.
Seseorang prnah dtg kpd Umar bin Khoththob Radhiyallahu 'Anhu & mengadukan anaknya, “Anakku ini benar2 telah durhaka kepadaku.”
“Apakah engkau tdk takut kepada Allah dg durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adlh hak orangtua,” kata Umar kepada sang anak.
“Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”
“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yg baik, memberi nama yg bagus, & mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”
“Demi Allah, ayahku tdk memilihkan ibu yg baik. Ibuku adlh hamba sahaya jelek berkulit hitam yg dibelinya dr pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yg baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia jg tdk mengajarkan Al-Quran kpdku kecuali 1 ayat sj.” Ju’al adlh sjenis kumbang yg selalu bergumul pd kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yg berkulit hitam & berparas jelek atau orang yg emosional. [Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977]
Umar menoleh ke sang ayah & berkata, “Engkau mengatakan anakmu tlh durhaka kpdmu tetapi engkau tlh durhaka kpdnya sbelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dr hadapanku!.” [As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130]
Ibnul Qayyim berkata, “Siapa yg mengabaikan pendidikan yg bermanfaat untuk anaknya & membiarkannya begitu sj, maka ia tlh mlakukan `tindakan trburuk thd anaknya itu. Kerusakan anak2 itu kebanyakan bersumber dr orangtua yg membiarkan mereka & tdk mgajarkan kwajiban2 & sunnah diin ini kpd mreka. Mereka tdk mmperhatikan masalah2 agama tsb saat masih kecil, shg saat sdh besar mereka sulit meraih manfaat dari pelajaran agama dan tidak bisa memberikan manfaat bg orangtua mereka.” [Tuhfatul Maudud, I: 229]
Karena itu, jgn seenaknya mencela anak. Ada banyak hak anak atas orangtuanya. Bila salah satu sisinya diabaikan, lalu anak menjadi bandel, menyimpang, & keras kepala, ada kemungkinan kita tdk memperhatikan sisi tsb...
Nas'alullaha lanaa wa lakum......
0 komentar:
Posting Komentar