“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’.” (An Nisa’ : 17-18)
“Dan datanglah skaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (Qaaf: 19)
Dan seorang penyair berkata,
“Mereka katupkan kelopak mataku –setelah berputus asa-
lantas bergegas pergi membelikan kafan
salah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa-gesa
pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku
salah seorang mendatangiku
lalu melucuti dari semua pakaian dan menelanjangiku sendirian
mengucurkan air dari atasku dan memandikanku
tiga kali seraya meminta kafan dari keluargaku
mereka mengenakanku baju tanpa lengan(kain kafan)
hanya ules(ramuan pengawet mayit) sebagai bekalku
mereka menaruhku di dekat mihrab
lalu mundur di belakang imam,
menshalatiku lalu melepasku
mereka menshalati diriku dengan shalat tanpa ruku’
dan tanpa sujud,
semoga Allah merahmatiku.”
Saudaraku.....
Bayangkan, setelah itu engkau dimasukkan ke dalam kubur dengan diangkat di atas pundak, setelah sebelumnya engkau menjadi orang yang mengangkat jenazah atau orang yang berziarah ke kubur. Di saat itu, apa kata jenazahmu, akankah mengucapkan, “Cepat-cepat....!”. Ataukah akan mengucapkan, “Hai kemana kalian akan membawaku?”
Seperti dalam hadits, “Di saat jenazah itu diletakkan di liang kuburnya dari pundak-pundak orang yang mengangkatnya, jika jenazah itu dulunya orang yang shalih, ia akan berkata, ‘Cepat-cepat...!’ Dan Apabila jenazah itu dulunya bukan orang yang shalih, ia akan berkata, ‘Hai kemana kalian akan membawaku?’ Suara ini terdengar oleh setiap makhluk selain manusia, dan jika manusia mendengarnya, niscaya ia akan pingsan.” (H.R. Al Bukhari, An Nasa’i, Al Baihaqi dan Ahmad)
Kemudian engkau dimasukkan ke dalam kuburanmu oleh orang yang paling engkau cintai dan keluarga yang paling dekat denganmu. Mereka meletakkanmu ke dalam lubang bumi, dan menutupi liang lahatmu dengan papan hinga cahaya tidak mampu menyinari dirimu. Kemudian mereka mulai menimbun kuburanmu dengan tanah. Salah seorang diantara mereka berkata, “Mintakan ampunan untuk saudaramu ini dan mintakan juga ketetapan iman, karena sekarang ia sedang ditanya.”. Kemudian mereka pergi meninggalkanmu. Mereka meninggalkanmu sendirian dalam kegelapan. Di atasmu hanya ada tanah, di bawahmu tanah, di kanan kirimu juga tanah. Kemudian ruhmu di kembalikan pada jasadmu, dan datanglah kepadamu dua malaikat yang biru kehitam-hitaman. Lalu keduanya bertanya kepadamu, “Siapa Rabbmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu? Maka dengan apa kamu akan menjawab?”
Jika di saat mati engkau telah bertaubat, jujur dan beriman, maka Allah akan menetapkan imanmu pada saat itu. Allah Berfirman,
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan mem[erbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27)
Dengan demikian engkau akan mapu menjawab “Allah Rabbku, Muhammad Nabiku, Islam agamaku.” Lalu terdengarlah seruan dari langit, “Hambaku berkata benar, berikan dia selimut dari surga, berilah pakaian dari surga, bukakan pintu surga baginya.” Maka engkaupun bisa mencium bau surga, merasakan kenikmatannya, dilapangkan kuburmu hingga sejauh mata memandang. Lalu datanglah kepadamu seorang yang tampan, berpakaian indah dan beraroma wangi lalu berkata padamu, “Aku membawa kabar baik yang menyenangkanmu. Inilah hari yang telah dijanjikan sebelumnya kepadamu.” Lalu engkau bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Sepertinya ini adalah pertanda baik...?!” Lalu dijawab, “aku adalah amal shalihmu yang dulu kamu kerjakan waktu di dunia”
Selanjutnya dibukakan kepadamu pintu neraka, dan amalmu berkata, “Inilah tempatmu bila engkau berbuat maksiat terhadap Allah, Allah menggantikannya begimu dengan surga karenaku.” Di saat engkau melihat surga, engkau berkata, “Ya Rabbku, segerakan hari kiamat. Rabbku, segerakan hari kiamat. Oh Kebahagiaan, oh kesenangan, oh kemenangan....!!!”
Namun apabila di saat seorang hamba meninggal –semoga Allah melindungi kita- ia menyia-nyiakan agamanya, meniggalkan kemungkaran dan ia meninggal dalam keadaan demikian. Tahukah kamu, dengan apa ia akan keadaan demikian. Tahukah kamu, dengan apa ia akan menjawab pertanyaan kedua malaikat tadi, siapa Rabbmu, Apa Agamamu, dan siapa Nabimu? Ketahuilah, ia akan menjawab dengan, “Hah...? Hah...? Aku tidak tahu...!” Lalu terdengarlah seruan, “Bohong! Baringkanlah ia di neraka, bukakan baginya pintu neraka!” Maka ia pun merasakan panas dan racun neraka, kuburannya menghimpit dia hingga meremukkan tulang-tulangnya. Kemudian datanglah kepadanya seorang yang berwajah buruk, berbaju lusuh dan berbau busuk, ia berkata, “Aku datang membawa berita buruk untukmu. Ini hari yang dijanjikan kepadamu.” Ia menjawab, ”Siapakah kamu? Sepertinya ini adalah pertanda buruk....?!” Lalu dijawab, “aku adalah amal burukmu yang dulu kamu kerjakan waktu di dunia.”
Kemudian orang tersebut dijadikan buta, bisu, dan tuli, di tangannya ada sebatang besi, apabila sebuah gunung dipukul dengan besi itu niscaya akan menjadi debu. Orang yang banyak dosa itu lalu dipukul sekali dengan palu godam lalu menjadi debu, kemudian Allah mengembalikan lagi seperti semula, selanjutnya ia dipukul lagi hingga ia menjerit dengan lengkingan yang bisa didengar oleh seluruh makhluk, selain jin dan manusia. Kemudian dibukakan pintu neraka dan disiapkan baginya tempat di neraka. Lalu ia berkata, “Ya Rabbku, Janganlah Engkau datang hari kiamat, janganlah Engkau datangkan hari kiamat!” (H.R. Abu Daud, An Nasa’i, Imam Ahmad dan Hakim, ia berkata bahwa hadits ini shahih menurut kriteria Al Bukhari dan Muslim, dari hadits panjang Al Barra bin ‘Azib Radhiyallahu’anhu yang tertulis dengan lengkap dalam kitab Ahkam Al Jana’iz Karya Syaikh Nashiruddin al Albani)
0 komentar:
Posting Komentar